Menjadi Anak Allah

Bacaan : Roma 8:12-18

Pada saat ini, banyak orang Kristen seringkali mengartikan bahwa jika menjadi "anak Allah," maka kita tidak seharusnya mengalami kekurangan ekonomi, kemunduran finansial, atau stagnasi usaha. Mengapa demikian? Mereka yang menganut pandangan demikian berpikir, jika Allah itu kaya dan pemilik alam semesta, maka kita sebagai anak-anak-Nya seharusnya mencerminkan keberadaan Allah tersebut. Artinya, jika kita bukan orang yang sukses, memiliki materi yang berlimpah, dan kedudukan sosial yang baik, maka kondisi kita tersebut sebenarnya memalukan nama Tuhan, dan kita tidak mencerminkan anak-anak Allah. Bahkan, jika kita ialah anak-anak Allah, kita berhak menuntut Allah untuk memenuhi keinginan kita. Benarkah pandangan ini sesuai dengan ajaran Alkitab?

Pertama,
konsep "anak-anak Allah" yang dimaksudkan Alkitab adalah berbicara soal keselamatan dan status seseorang di hadapan Allah, bukan kelimpahan materi (Hos. 1:10; Yoh. 1:12). Artinya, dahulu kita hamba dosa, tapi sekarang dalam Kristus, telah diselamatkan dan memiliki status baru, yaitu anak-anak Allah.

Kedua,
konsep "anak-anak Allah" berkaitan dengan pola hidup yang mencerminkan karakter Allah, dan bukan keegoisan dan kebanggaan diri terhadap materi (Rm. 8:1-15; Mat. 5:9; Luk. 6:35-36).

Ketiga,
menjadi "anak Allah" artinya, rela menderita karena Kristus. Berarti, orientasi hidup bukan pada kelimpahan materi, tapi kemuliaan yang akan datang (Rm. 8:17-18).

Kadangkala Allah memberkati kita dengan kelimpahan materi, namun, orientasi hidup bukan di dalam kelimpahan materi, tetapi hati yang rela berkorban demi Kristus.

Jadi, jika kita tidak memiliki kelimpahan materi kesuksesan yang dunia miliki, ini tidak menjadikan kita kehilangan status sebagai anak Allah. Kita dipanggil menjadi anak Allah, bukan untuk berkompetisi tentang kelimpahan materi di hadapan manusia berdosa, tapi menyatakan karakteristik Allah di hadapan mereka, agar mereka menyadari dosa mereka.

"Menjadi Anak Allah berarti kita memancarkan
karakter ilahi melalui
hidup kita.
"