Mengapa Saya Harus Berdoa?

Pertanyaan ini seringkali diungkapkan oleh banyak orang. Mungkin ada dari antara orang Kristen yang menjadi skeptis ketika mendengar kata doa. Ada begitu banyak doa yang tidak terjawab yang membuat sebagian orang enggan untuk berdoa. Mereka berargumen, ”toh, berdoa atau tidak berdoa hasilnya sama saja” sehingga doa tidak lagi dipandang sebagai suatu kebutuhan utama tetapi hanya sebagai kebutuhan “sampingan” yang akan dijalankan apabila kepepet.

Bagi sebagian yang lain, doa hanya dipandang sebagai suatu kegiatan liturgis; suatu seremonial yang harus dilaksanakan sebelum melakukan sesuatu. Jikalau tidak berdoa, mereka takut “usaha” mereka akan gagal atau tidak berhasil. Doa telah berubah menjadi momok menakutkan yang harus dilaksanakan. Bagi orang yang menganut pandangan ini, Tuhan telah berubah menjadi “centeng” atau “preman jalanan” yang harus disogok dengan doa jikalau seseorang ingin berhasil dan sukses Untuk yang lainnya, doa hanya sekadar kebiasaan. Karena begitu seringnya kita berdoa, doa dapat kehilangan greget-nya. Kita dapat berdoa tanpa adanya “rasa”. Misalnya, sebelum makan kita dapat secara “otomatis” berdoa mengucap syukur kepada Allah atas makanan yang Dia beri tetapi sesungguhnya hati kita tidak mengucap syukur kepada-Nya.

Di samping itu, kita hidup di era modern yang mengajarkan kepada kita bahwa kita bisa mendapatkan “segalanya” dengan berusaha walaupun kita tidak berdoa. Saya pernah mendengar teman saya yang pernah bermukim di Jepang mengeluh mengenai betapa susahnya membuat orang Jepang percaya kepada Kristus. Mereka percaya bahwa mereka memperoleh segala sesuatu bukan karena Tuhan tetapi karena mereka berusaha mendapatkannya. Jadi, jikalau kita dapat memperoleh sesuatu tanpa harus berdoa, mengapa kita harus berdoa?


Doa = Berkomunikasi dengan Allah

Sebelum kita menjawab pertanyaan mengenai mengapa kita harus berdoa, kita harus terlebih dahulu memahami apakah yang dimaksud dengan doa.

Ada 14 kata bahasa Ibrani dan 9 kata bahasa Yunani yang diterjemahkan dengan kata doa. Hampir seluruh dari pengertian kata-kata tersebut (misalnya: 'anna' dan sha'al-Ibrani atau deomai-Yunani) menempatkan hubungan kita dengan Tuhan dalam posisi yang tidak setara; Dia adalah Tuhan sedangkan kita adalah hamba-Nya. Tetapi Tuhan Yesus memperkenalkan konsep “baru” yang bahkan pada jaman itu tidak dikenal oleh orang Israel. Tuhan Yesus menyebut Allah sebagai bapak/ayah (Abba-Aramaik; pater - Yunani). Bangsa Israel memang mengakui bahwa Allah adalah Bapak mereka namun Allah diakui sebagai Bapak bangsa, bukan bapak pribadi (bangsa Israel menyebut Allah dengan sebutan Abinu). Bagi bangsa Israel pada waktu itu, menyebut Allah dengan sebutan Abba, yang adalah panggilan akrab untuk ayah di dalam keluarga, adalah suatu penghujatan besar. Tetapi bagi Tuhan Yesus sebutan itu justru menggambarkan hubungan yang akrab dengan Allah dan keinginan Allah untuk bergaul akrab dengan umat-Nya. Allah ingin berkomunikasi dengan kita secara akrab dan jalur komunikasi itu adalah melalui doa.


Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Karena doa adalah komunikasi maka di dalam doa haruslah ada pengiriman dan penerimaan pesan, dan dilakukan dua arah. Hilangnya salah satu unsur tersebut menghilangkan makna komunikasi di dalam doa. Karena unsur komunikasi inilah, seseorang dapat menjalin hubungan dengan Allah di dalam doa. Namun di dalam menjalin hubungan dengan Allah, seseorang dapat salah persepsi.


Martin Buber pernah mengeluarkan konsep mengenai hubungan manusia. Di dalam konsepnya, dia mengatakan bahwa dalam kehidupan kita, terdapat dua cara untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Kita dapat melihat orang lain sebagai obyek. Cara pandang ini disebut cara pandang “Saya-Itu” atau dalam istilah bahasa Inggris “I-It”. Atau kita dapat memandang mereka sebagai subyek. Cara pandang ini disebut cara pandang “Saya-Engkau” atau dalam bahasa Inggrisnya “I-Thou”3.


Berdasarkan konsep tersebut, ada dua cara pandang orang Kristen terhadap Tuhan. Pertama, kita dapat memandang Tuhan sebagai obyek. Artinya, Dia kita pandang berfungsi untuk melayani kita, kita mendapatkan sesuatu dari-Nya tetapi kita tidak peduli dengan perasaan-Nya. Tuhan kita pandang sebagai mesin yang apabila “tombol” yang tepat ditekan, Dia akan memberikan apa pun yang kita inginkan. Kita dapat menyogok Tuhan dengan perilaku yang saleh dan kata-kata pujian. Kita memercayai Tuhan hanya agar kita dapat memanfaatkan dan memanipulasi Dia. Tipe doa yang dinaikkan oleh orang yang memiliki pandangan seperti ini adalah jikalau saya berdoa dengan benar, maka Tuhan akan memberikan apa yang saya inginkan. Sama seperti Tuhan tidak akan memperlakukan kita sebagai obyek, Dia pun tidak akan membiarkan diri-Nya dimanfaatkan sesuai keinginan kita.


Cara pandang kedua adalah Tuhan kita anggap sebagai subyek. Tuhan selalu memandang kita sebagai seorang pribadi, Dia tidak pernah memanipulasi kita. Sebaliknya Dia mencukupi segala kebutuhan kita karena Dia mengasihi kita. Karena itu, cara pandang kita terhadap Tuhan seharusnya juga dilandasi di atas pemikiran yang sama. Kita datang kepada Tuhan bukan karena kita menginginkan sesuatu dari Dia tapi semata-mata karena kita mengasihi Dia. Kita menyembah Dia karena apa yang Dia perbuat dalam hidup kita. Tipe doa orang yang menganut cara pandang ini adalah jikalau saya berdoa dengan benar, maka saya akan mengenal Tuhan lebih dalam lagi sehingga apa yang dulu saya anggap berarti tidak lagi berarti bagi saya karena pengenalan akan Tuhan melebihi segalanya4.


Dalam prakteknya kita sering memandang Allah menurut cara pandang pertama. Doa-doa kita dipenuhi dengan permohonan. Memohon atau meminta suatu pertolongan dari Tuhan memang tidaklah salah, tetapi itu hanyalah salah satu bagian dari doa. Doa adalah komunikasi orang percaya dengan Tuhan. Kata kuncinya adalah komunikasi, bukan sekadar bicara atau meminta. Tuhan adalah seorang pribadi di mana kita berkomunikasi dengan-Nya (dua arah), bukan berbicara kepada-Nya (satu arah). Ujian sebuah doa adalah apakah Tuhan menjadi lawan bicara dalam percakapan itu.


Manfaat Doa


Mujizat dalam Doa

Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. (Yak 5:16)

Mengapa kita harus berdoa? Pertama-tama adalah karena saya percaya Allah mengabulkan doa-doa dan melakukan mujizat-mujizat. Kita “dihujani” dengan begitu banyak kesaksian yang menyatakan bahwa Allah menjawab doa dan permohonan tepat seperti apa yang didoakan mulai dari perkara yang sederhana sampai dengan permasalahan yang sulit. Doa yang dinaikkan dengan iman dapat menghasilkan mujizat.


Alkitab sendiri dipenuhi oleh kisah tokoh-tokoh Alkitab yang permohonannya dijawab oleh Tuhan, contohnya: Doa Abraham untuk kesejahteraan Ismael dikabulkan (Kej 17:20), Rahel dan Hana yang mandul akhirnya memiliki anak karena mereka berdoa (Kej 30:22; I Sam 1:17), Tuhan menghentikan matahari karena doa Yosua (Yos 10:14), Allah menolong perjalanan Ezra (Ezra 8:23), dan masih banyak lagi. Allah kita adalah Allah yang menjawab doa. Tetapi seringkali walaupun seseorang berdoa dengan iman, penyakit tetap tidak disembuhkan, orang yang dia kasihi tetap meninggal, orangtua tetap bercerai, dan permasalahan masih tetap ada. Apakah itu berarti doa itu tidak terjawab? Apakah semua jawaban doa itu terjadi karena faktor kebetulan? Jikalau Tuhan tidak menjawab doa, mengapa kita harus berdoa? Ataukah Allah sedang bekerja dengan cara-Nya?


Melihat yang Tidak Terlihat

Allah tidak membuat “mujizat” ketika menolong Hagar (Kej 21:8-21). Tuhan tidak membuat sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Mujizat atau pertolongan Tuhan pada saat itu adalah Allah membukakan mata Hagar untuk melihat apa yang tidak terlihat sebelumnya. Sumur itu sudah ada di sana bahkan sebelum Hagar tiba di tempat itu. Di sinilah letak pertolongan Allah. Sebelum “dicelikkan”, Hagar memandang dirinya dan permasalahannya secara negatif. Dia putus asa, menyerah, dan meratapi diri. Tetapi ketika Allah “mencelikkan” matanya, pandangannya berubah. Sekarang, dia memiliki pengharapan dan keyakinan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan dia. Hagar masih berada di tengah gurun pasir, tempat dia sebelumnya meratap, tetapi sekarang dia tidak lagi meratap namun melangkah dengan dipenuhi pengharapan.

Seringkali Allah menolong kita dengan pola yang serupa. Yang Allah lakukan adalah membuka “mata” kita sehingga kita dapat melihat sesuatu yang sebelumnya tidak terlihat. Demikian pula dengan doa. Doa mungkin tidak dapat mengubah kenyataan mengenai dunia di mana kita hidup, tetapi doa dapat mengubah cara pandang kita terhadap kenyataan-kenyataan tersebut, dan dengan demikian seringkali menciptakan perubahan yang nyata. Allah mungkin tidak menjawab doa kita seperti yang kita inginkan, tetapi pertolongan-Nya dapat datang dalam bentuk yang berbeda.


Tidak ada orang Atheis di UGD

Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku. (Maz 138:3) Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yes 40:31)

Sub-judul di atas memang cukup menggelitik, saya membaca istilah tersebut dari sebuah buku yang memaparkan pada saat yang benar-benar sulit biasanya orang akan mencari Tuhan. Pada saat mengalami permasalahan yang berat yang menekan sedemikian rupa dan yang melampaui kekuatan seseorang, dia akan segera menjadi kering dan putus asa. Pada saat itulah, orang itu akan menyadari bahwa dia membutuhkan kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri untuk dapat menanggung permasalahan yang berat tersebut dan kekuatan itu didapat dari percaya kepada Tuhan. Ada sebuah perumpamaan yang menggambarkan hal ini.


Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja. Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yang sama. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya. Tuhan kadang-kadang menggunakan permasalahan-permasalahan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Seringkali Tuhan melimpahi kita dengan berkat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepada-Nya, Tuhan sering menjatuhkan "batu kecil" dalam hidup kita untuk membuat kita lebih dekat kepada-Nya.


Yang disebut mujizat bukan hanya perkara-perkara yang spektakuler tetapi bagaimana seseorang yang menderita kanker selama bertahun-tahun dapat dengan tabah terus menjalani hidup. Bagaimana seseorang yang lumpuh dapat terus bersemangat mengiring Tuhan. Bagaimana seseorang yang kehilangan anaknya yang masih kecil dalam suatu kecelakaan mobil dapat bertahan dan tidak meninggalkan Tuhan. Dan bagaimana gereja dan umat Tuhan dapat terus bertahan dan percaya kepada kekuatan doa di tengah-tengah dunia yang semakin hari semakin jahat dan tidak adil. Tuhan membuat mujizat ketika Dia membuat orang-orang biasa melakukan hal-hal yang luar biasa. Saya percaya jawaban atas pernyataan-pernyataan di atas adalah karena kita mempunyai kekuatan yang Tuhan berikan dan kekuatan itu didapat di dalam doa.


Ketika kekuatan kita habis karena menanggung tekanan dan persoalan, kita perlu berpaling kepada Allah untuk mendapatkan pembaharuan kekuatan sehingga kita dapat terus berlari dan tidak menjadi lelah.


Menyatukan Hati

Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama (Kis 1:14)

Beberapa waktu yang lalu ada seorang anak yang terbaring di rumah sakit karena menderita leukimia. Keluarga beserta dengan beberapa orang Kristen bersatu di dalam doa untuk kesembuhan anak tersebut tapi tidak lama kemudian anak itu meninggal dunia. Tetapi sebenarnya mujizat tetap terjadi. Mujizat bukan hanya berarti anak tersebut disembuhkan dari leukimia tetapi juga masih bertahannya keluarga tersebut walaupun telah kehilangan seorang anak dan bersatunya rekan-rekan Kristen di sekitar mereka untuk mendoakan anak itu.


Kata religi atau agama (religio:Latin) memiliki akar kata yang sama dengan kata ligamen (Latin) yang berarti ikatan. Kata ligamen menggambarkan dengan tepat fungsi agama, agama adalah suatu ikatan. Agama bukan hanya berupa sekumpulan pengajaran baik dan etika kehidupan tetapi agama juga adalah suatu komunitas di mana seorang dengan yang lain dapat saling mendukung.


Doa, terutama doa bersama, bukan hanya berarti persekutuan dengan Allah tetapi juga persekutuan dengan sesama di mana melalui doa tersebut kita menjadi bagian dalam sebuah kesatuan yang berdoa tanpa memedulikan latar belakang, jabatan, suku, ras, tingkat ekonomi, dan perbedaan lainnya. Doa menyatukan hati kita dan di mana ada kesatuan, di situlah berkat Tuhan dicurahkan (Mzm 133; Mat 18:19).


Karena itu pulalah mengapa keluarga-keluarga Kristen didorong untuk mengadakan mezbah keluarga karena melalui mezbah keluarga, keretakan di dalam rumah tangga dapat dipulihkan dan disatukan kembali. Itulah sebab mengapa kita harus berdoa karena doa dapat menyatukan hati.


Kita Tidak Pernah Sendiri

Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? (Maz 22:2) Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala! Atau, apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau terhadap kami? (Rat 5:20-22)

Kitab Ratapan ditulis oleh nabi Yeremia sesaat setelah kejatuhan Yerusalem ke tangan bangsa Babel. Nabi menangis menyaksikan penghukuman yang dijatuhkan oleh Allah terhadap bangsa Israel. Di tengah-tengah duka karena penderitaan yang berat, dinaikkanlah doa ini: Apakah Tuhan masih ada bersama dengan kami? Apakah Tuhan masih mengingat kami? Apakah Tuhan telah menjadi musuh kami? Atau apakah Tuhan telah membuang dan menelantarkan kami? Akhir dari kitab Ratapan ini adalah sebuah tanda tanya (?) seakan-akan menunjukkan pertanyaan yang tidak terjawab.


Kesepian adalah ketiadaan jalinan hubungan yang berarti dengan Tuhan dan sesama. Perasaan ini menguras sukacita atau setidak-tidaknya menyebabkan kita merasa terasing yang pada akhirnya mengarah kepada rasa frustrasi. Kesepian adalah problem yang sama mematikannya dengan permasalahan itu sendiri. Tidak ada satu manusia pun yang ingin ditinggalkan sendiri ketika mengalami suatu konflik. Tidak mengherankan doa pemulihan yang dinaikkan Yeremia adalah pertanyaan apakah Allah masih ada bersama bangsa Israel. Di tengah-tengah masalah, bangsa Israel menginginkan kepastian bahwa Allah ada bersama mereka.


Jawaban dari pertanyaan di akhir kitab Ratapan tersebut terdapat di dalam kitab yang sama (Rat 3:22-23). Kasih Tuhan tidak pernah berkesudahan dan diperbaharui setiap hari. Jadi, apakah Allah ada bersama dengan mereka yang mengalami permasalahan atau “dihukum” oleh Tuhan? Tentu saja Allah ada bersama mereka dan memulihkan mereka karena dosa kita tidak dapat mematikan cinta Allah. Tetapi di dalam doa kita menyadari kehadiran Alah tersebut. “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati” (Yer 29:13). Di dalam doa, kita akan menemukan Allah dan mendapati bahwa Dia selalu bersama kita.


Sebagai penutup, saya ingin mengatakan bahwa saya percaya pada kekuatan doa dan bahwa Tuhan menjawab doa. Walaupun Dia tidak menjawab doa kita sesuai dengan apa yang kita naikkan, namun Dia menjawabnya dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, janganlah jemu-jemu berdoa!

Kasih Dan Kebencian

"Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika
kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan
pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang
harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya
dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya
kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus,
sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita --oleh kasih
karunia kamu diselamatkan-- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah
membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia
di sorga" (Efesus 2:3-6)


Dari Alkitab kita mengetahui bahwa Tuhan telah mengasihi orang-orang
pilihan-Nya sejak sebelum dunia dijadikan sampai selama-lamanya
"supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia" (Efesus 1:4-6). Akan
tetapi seseorang mungkin akan bertanya, "Kalau Tuhan mengasihi
umat-Nya sejak sebelum Penciptaan, mengapa Dia menyebut mereka sebagai
orang-orang yang harus dimurkai?"

Jawabannya adalah ada banyak orang yang kurang mengerti perbedaan
antara "murka" (kemarahan) Tuhan dengan "kebencian" Tuhan (dan
kebencian adalah lawan dari kasih). Sebagai contohnya, kita mengasihi
anak-anak kita, tetapi kita juga dapat menjadi marah kepada mereka
karena ketidak-patuhan mereka.

Jadi sebelum orang-orang pilihan dilahirkan kembali dari atas (yang
terjadi pada suatu waktu dalam hidup mereka sebelum mereka meninggal
dunia) orang-orang pilihan sama seperti orang-orang yang lainnya
adalah orang-orang yang harus dimurkai, mereka masih mati secara
rohani atau mati di dalam kesalahan-kesalahan mereka seperti yang kita
baca pada ayat di atas.

Ini adalah sifat alami atau sifat dasar dari umat manusia, akan tetapi
Tuhan mengasihi orang-orang pilihan dan Ia merencanakan untuk
"menghidupkan" atau "membangkitkan" mereka, yaitu memberikan mereka
kehidupan yang kekal di dalam Roh Kristus.

Walaupun Allah Putera telah mengalami Neraka ketika berada dibawah
murka Allah Bapa pada peristiwa kayu salib, Kristus dan orang-orang
pilihan selalu berada di dalam kasih Allah sejak sebelum dunia
dijadikan sampai selama-lamanya. Dalam kitab Roma 5:8-10 kita membaca
demikian:

"Akan tetapi Allah menunjukkan [yaitu memerintahkan] kasih-Nya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih
berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh
darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab
jikalau kita, ketika masih seteru [yaitu bermusuhan], diperdamaikan
dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang
telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!"

Kita juga dapat melihat bahwa Allah mengasihi umat-Nya sejak sebelum
dunia dijadikan dari banyak ayat-ayat Kitab Suci, dan kitab Yohanes
17:20-24 adalah salah satu contoh yang sangat penting, dalam ayat itu
kita membaca demikian:

"Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk
orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku
dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia
percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah
memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku,
supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di
dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi
satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa
Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa,
Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama
dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka
memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab
Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan."

Jadi orang-orang yang percaya sebelumnya adalah para "pembuat dosa"
dan merupakan "seteru" (musuh) yang berada dibawah murka Allah (atau
"orang-orang yang harus dimurkai" menurut kitab Efesus 2:3).

Itu terjadi sebelum Allah menyelamatkan kita, tetapi Allah tidak
membenci kita setelah Dia memilih untuk menyelamatkan kita. Kebencian
Allah hanya ditujukan kepada orang-orang yang tidak diselamatkan atau
yang Alkitab sebut sebagai "para pembuat kejahatan".

Dalam kitab Mazmur 5:5-6 kita membaca demikian:

"Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua
orang yang melakukan kejahatan. Engkau membinasakan orang-orang yang
berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu."

Dan kitab Matius 7:22-23 membuat prediksi yang mengerikan ini:

"Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu,
dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku
akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Sekarang kita mengetahui bahwa ajaran yang sangat terkenal yaitu
"Tuhan mengasihi semua orang" adalah bagian dari "injil buatan
manusia" yang menipu. Ajaran ini berkata bahwa Kristus telah mati
untuk menebus dosa dari semua orang dan sekarang tergantung dari
manusia tersebut apakah ia mau untuk berbuat sesuatu pekerjaan seperti
untuk "menerima" hadiah keselamatan tersebut. Injil yang salah ini
menjanjikan bahwa setiap orang dapat memiliki "kedamaian dan keamanan"
dengan Tuhan setiap saat mereka menginginkannya. Dan bila hal ini
adalah benar, maka itu akan membuat manusia berada dalam kendali penuh
untuk menentukan masa depannya di dalam kekekalan.

Akan tetapi, pandangan seperti ini "bertentang" dengan apa yang
Alkitab ajarkan -- yaitu, Tuhan-lah yang mengerjakan segala (seluruh)
karya keselamatan dan manusia tidak dapat memberi sumbangan pekerjaan
apapun, sekecil apapun pekerjaan tersebut, untuk menggenapi
keselamatannya. Tuhan menunjukkan dalam ayat-ayat berikut ini bahwa
akan ada banyak injil-injil palsu yang seperti ini menjelang
kedatangan Kristus yang kedua kali:

Kitab 1 Tesalonika 5:2-3 berkata demikian:

"karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan [yaitu hari
kiamat] datang seperti pencuri pada malam. Apabila mereka mengatakan:
Semuanya damai dan aman --maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh
kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit
bersalin-- mereka pasti tidak akan luput."

Dan kitab Matius 24:9-13 berkata demikian:

"Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan
dibunuh [atau dibungkam atau diusir keluar] dan akan dibenci semua
bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka
akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan
muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya
kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi
orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat."

Dan berbicara tentang nabi-nabi palsu kitab 2 Petrus 2:14-15
menyatakan demikian:

"Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat
dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah
terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!
Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka
tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka
menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat."


Di dalam Alkitab orang-orang yang dibenci Allah digambarkan oleh Esau
dan orang-orang yang dikasihi Allah digambarkan oleh Yakub. Dalam
kitab Maleakhi 1:2-3 Tuhan berbicara kepada bangsa Israel demikian:

"Aku mengasihi kamu," firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara
bagaimanakah Engkau mengasihi kami?" "Bukankah Esau itu kakak Yakub?"
demikianlah firman TUHAN. "Namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci
Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi [yaitu
tempat buangan] dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun."

Kata Ibrani untuk ungkapan "tempat buangan" (shemamah) biasanya
di-translasi sebagai ungkapan "sunyi sepi", yang merupakan gaya bahasa
dari penghakiman Tuhan, atau kutukan, seperti yang dinyatakan dalam
ayat-ayat berikut yang menunjuk pada penghakiman Tuhan terhadap
"Yerusalem", "Yudea" (Yehuda), dan Babel.

Dalam kitab Yeremia 9:11 kita membaca demikian:

"Aku akan membuat Yerusalem menjadi timbunan puing, tempat
persembunyian serigala-serigala; Aku akan membuat kota-kota Yehuda
menjadi sunyi sepi [shemamah], tidak berpenduduk lagi."

Bagian ini pararel dengan kitab Wahyu 18:2 yang berkata demikian:

"Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: "Sudah rubuh, sudah
rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman
roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat
bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci"

Dan kitab Yeremia 50:13 menyatakan demikian:

"Karena murka TUHAN negeri itu [yaitu Babel] tidak akan didiami lagi,
sama sekali akan menjadi tempat tandus [shemamah]. Setiap orang yang
melewati Babel akan merasa ngeri dan akan bersuit karena
pukulan-pukulan yang dideritanya."

Dalam kata lain Tuhan menyamakan Yerusalem dengan Babel, dan Yehuda
(Yudea) adalah nama propinsi dimana kota Yerusalem berada. Mereka
sekarang telah berada dibawah penghakiman Tuhan yang adil.

Dalam Perjanjian Baru Tuhan menjelaskan pilihan ilahi-Nya terhadap
siapa yang akan Ia kasihi dan selamatkan dari kutukan yang kekal bukan
berdasarkan sesuatu apapun tentang siapakah orang tersebut atau apakah
yang orang tersebut lakukan atau kerjakan -- akan tetapi keselamatan
itu seluruhnya untuk kemuliaan dan kehormatan Tuhan.

Dalam kitab Roma 9:10-16 kita membaca demikian:

"Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang
mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. Sebab
waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik
atau yang jahat, --supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya
diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan
panggilan-Nya-- dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi
hamba anak yang muda," seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub,
tetapi membenci Esau." Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan?
Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa:
"Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas
kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah
hati." Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha
orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."

Itulah sebabnya dalam kitab Yeremia 9:23-24 kita membaca sebagai berikut:

"Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena
kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya,
janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang
mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami
dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia,
keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai,
demikianlah firman TUHAN."

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Allah mengasihi umat-Nya
dari saat Ia memilih mereka untuk Ia selamatkan berdasarkan kasih,
anugrah, dan belas kasihan-Nya sejak sebelum dunia dijadikan dan
sekarang Ia menjalankan rencana-Nya dalam waktu yang sebenarnya
berdasarkan rencana tersebut.

Kitab 1 Yohanes 4:9-10 menjelaskan kepada kita demikian:

"Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu
bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia,
supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah
mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah
mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita."

Dan kitab 1 Yohanes 4:19 menyatakan demikian:

"Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita."


"All scripture is given by inspiration of God, and is profitable for
doctrine, for reproof, for correction, for instruction in
righteousness" (2 Timothy 3:16)

Pertobatan Yang Sejati

Oleh: Setiawan

PERTOBATAN YANG SEJATI

"Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang
membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita
yang dari dunia ini menghasilkan kematian." (2 Korintus 7:10)


Dalam pernyataan ini Tuhan sedang menekankan perbedaan antara
"dukacita menurut kehendak Allah" dan "dukacita menurut kehendak
dunia". Dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan atau
"mengakibatkan" pertobatan yang sejati karena itu adalah karya Allah
di dalam hati setiap dari orang-orang pilihan-Nya.

Mungkin ada orang-orang yang bertobat dari dosa ini atau dosa itu,
tetapi itu tidaklah sama dengan keselamatan, hanya melalui keselamatan
yang dikerjakan oleh Tuhan maka kita dapat mengalahkan segala jenis
dosa, baik dosa yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari sebelumnya.

Sekarang apakah yang dimaksud dengan dukacita menurut kehendak Allah,
dan dukacita menurut kehendak dunia? Pertama-tama marilah kita melihat
pada "dukacita menurut kehendak dunia" dengan melihat contoh dari
Yudas seperti yang kita baca dalam kitab Matius 27:3-5 demikian:

"Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah
dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia [yaitu bertobat]. Lalu ia
mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala
dan tua-tua, dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah
orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan
itu? Itu urusanmu sendiri!" Maka iapun melemparkan uang perak itu ke
dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri."

Disini kita melihat dalam konteks sejarahnya pemenuhan secara literal
dari "dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian", karena pada
akhrinya Yudas membunuh dirinya sendiri. Dalam hati nuraninya Yudas
"menyesal" tetapi itu tidak sama dengan pertobatan yang menghasilkan
keselamatan.

Perlu kita sadari bahwa ayat ini bukan hanya berbicara tentang
kematian secara fisik, tetapi ini juga menunjuk pada kematian yang
kekal, yaitu "kematian kedua", dibuang ke dalam Neraka untuk
selama-lamanya. Inilah yang Yesus tekankan dalam kitab Matius 26:24
demikian:

"Anak Manusia [yaitu Kristus] memang akan pergi sesuai dengan yang ada
tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak
Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia
tidak dilahirkan."

Ungkapan "celakalah" menunjuk pada "penghakiman" seperti yang
diajarkan dalam kitab Matius 23:15 demikian:

"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah
daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu
dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang Neraka, yang dua
kali lebih jahat dari pada kamu sendiri."

Ini mengingat kita akan perkataan Yesus dalam kitab Matius 5:20 yang
kita baca demikian:

"Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar
dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga."

Alkitab juga memberikan illustrasi lainnya tentang "penyesalan" yang
bukan merupakan pertobatan yang sejati -- dengan melihat contoh yang
sangat tragis dari Esau. Dalam kitab Ibrani 12:16-17 kita membaca
demikian:

"Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang
rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring
makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima
berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya [yaitu bertobat], sekalipun ia mencarinya
dengan mencucurkan air mata."

Dengan demikian kita mengerti bahwa sesungguhnya Tuhan memberikan umat
manusia perintah yang tidak dapat dipatuhi seperti "untuk percaya",
"untuk mengaku", "untuk menjadi suci", dsb-nya. Bila seseorang
berpikir bahwa ia mampu untuk mematuhi perintah-perintah ini, maka ia
juga mampu untuk mematuhi perintah dalam kitab Ulangan 10:16 yang
berkata demikian:

"Sebab itu sunatlah hatimu [yaitu sunatlah kulit khatan hatimu] dan
janganlah lagi kamu tegar tengkuk."

Sekarang dengan cepat kita menyadari tidak mungkinnya bagi kita
manusia untuk mematuhi perintah seperti ini dari diri kita sendiri.
Kemudian mengapa Tuhan memberikan perintah-perintah ini di dalam
Alkitab? Alasannya berhubungan dengan fakta bahwa -- seluruh umat
manusia secara rohani adalah menikah dengan Hukum Tuhan --.

Dan ingatlah bahwa hukum Tuhan (hukum Taurat) sebenarnya hanya
melayani untuk membawa kita kepada Penghakiman, seperti yang kita baca
dalam kitab Roma 3:19-20 demikian:

"Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab
Taurat [sepuluh perintah dll.] ditujukan kepada mereka yang hidup di
bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia
jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorangpun yang dapat
dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, KARENA
justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa."

Dan kitab Galatia 3:10-111 menyatakan demikian:

"Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat [sepuluh
perintah dll.], berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis:
"Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang
tertulis dalam kitab hukum Taurat." Dan bahwa tidak ada orang yang
dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah
jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman [=Kristus]."

Renungkanlah hal ini, jika hukum Taurat (sepuluh perintah Allah dan
hukum-hukum upacara) dapat menyelamatkan manusia (yaitu menebus upah
dosa) maka Tuhan Yesus tidak perlu turun dari Surga dan mati di atas
Kayu Salib. Kita harus mengerti bahwa Kristus datang untuk
"menggenapi" hukum Taurat bukan untuk menghapusnya. Dalam kitab Matius
5:17-18 Yesus berkata demikian:

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk MENGGENAPINYA. Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi."

Dan kitab 1 Petrus 2:21-24 menyatakan bahwa Yesus yang menjadi Anak
Manusia akan menjadi "teladan" yang harus di-ikuti oleh orang-orang
yang percaya. Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita
untuk kamu [yaitu orang-orang yang percaya] dan telah meninggalkan
teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat
dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia
tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak
mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia [yaitu Allah Bapa],
yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di
dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap
dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."

Dan kitab Ibrani 2:14 menambahkan demikian:

"Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia
[yaitu Kristus] juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian
dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia,
yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut"


Akan tetapi bagaimanapun juga Tuhan memberikan perintah mengenai
pertobatan di dalam seluruh Alkitab. Jadi jika kita melihat perintah
ini dengan cepat tanpa melihat pada ayat-ayat lainnya di dalam Kitab
Suci, maka kita dapat sampai pada kesimpulan yang salah bahwa manusia
dapat bertobat dari pilihannya sendiri. Kita melihat contoh mengenai
hal ini dalam kitab Kisah Para Rasul 17:30 yang berkata demikian:

"Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah
memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus
bertobat [metanoeo]."

Jadi mengapa Tuhan memerintah manusia untuk berbuat sesuatu yang tidak
mungkin manusia lakukan? Sesungguhnya ini adalah suatu "ujian" untuk
melihat apakah kita akan melihat pada segala sesuatu yang Alkitab
katakan tentang subjek ini. Dalam kitab 1 Korintus 2:12-13 kita
membaca demikian:

"Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah,
supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena
kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami
berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan
diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh
[membandingkan hal yang rohani dengan hal yang rohani - KJV].

Sekarang marilah kita kembali pada contoh dalam kitab Ulangan 10:16
yang berkata demikian:

"Sebab itu sunatlah hatimu [yaitu sunatlah kulit khatan hatimu] dan
janganlah lagi kamu tegar tengkuk."

Perintah yang sama juga kita temukan dalam kitab Yeremia 4:4 yang kita
baca demikian:

"Sunatlah dirimu bagi TUHAN, dan jauhkanlah kulit khatan hatimu, hai
orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, supaya jangan murka-Ku mengamuk
seperti api, dan menyala-nyala dengan tidak ada yang memadamkan, oleh
karena perbuatan-perbuatanmu yang jahat!"

Hanya bila kita terus menyelidiki Kitab Suci, maka kita akan menemukan
ayat dalam kitab Ulangan 30:6, yang memberikan terang rohani dari
permasalahan ini. Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu,
sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup."

Dalam kata lain Tuhan-lah yang harus mengerjakan seluruh karya
keselamatan supaya segala kemuliaan dan kehormatan atas keselamatan
hanya diberikan kepada Tuhan -- dan tidak ada seorang manusiapun yang
dapat memegahkan diri dihadapan Tuhan.

Hal ini juga sangat sesuai dengan segala sesuatu lainnya yang Alkitab
ajarkan bahwa dalam sifat alaminya manusia adalah "mati secara rohani"
(Roma 3:10-18, Roma 3:23, 1 Korintus 15:22, Yehezkiel 37), hanya
melalui kasih karunia Allah saja Ia menebus orang-orang pilihan-Nya
melalui kematian, penguburan, dan kebangkitan dari Tuhan Yesus Kristus.

Dan ketika kita disunat secara rohani, sama seperti sunat jasmani,
kita akan merasa sakit atau "berduka" selama beberapa saat, tetapi
itulah caranya bagaimana kita dibersihkan dari dosa-dosa kita.

Apa Yang Membuat Kita Selamat Dari Murka Allah: Perbuatan Baik Ataukah Kefanatikan?


Oleh Duladi

Apa yang dikehendaki Tuhan untuk manusia lakukan?


Orang Islam berkata: “Barangsiapa mati tidak dalam keadaan beragama Islam, sekali-kali dia tidak akan masuk surga.” (QS Al-Baqoroh 132, Ali-Imran 85 & 102)

Orang Kristen berkata: “Barangsiapa tidak mengakui Yesus tidak akan masuk surga.” (Yohanes 3:16, 36; Lukas 23:43)

Kedua orang dari 2 agama tersebut adalah bodoh dan sesat. Masing-masing menunjukkan kefanatikannya.

Baik Islam ataupun Kristen tidak dapat menyelamatkan orang. Memilih salah satu agama tidak akan menyebabkan orang itu masuk surga.

Agama adalah bikinan manusia, dibuat dan direkayasa oleh manusia, dengan maksud untuk membedakan mereka dari kelompok manusia lain.

Semua agama yang ada di dunia adalah hasil rekayasa manusia. Tanpa terkecuali Islam, walaupun di dalam Alquran dinyatakan bahwa agama Islam adalah agama yang berasal dari Tuhan. Ini pembodohan dan penyesatan cara berpikir!

Tuhan tidak pernah menurunkan agama apapun! Kenapa? Karena Tuhan tidak beragama. Sungguh tolol orang yang mengira bahwa Tuhan beragama Islam! <ketawa>

Allah SWT mungkin beragama Islam, tapi Tuhan yang Asli tidak beragama. <ketawa>

Sungguh bodoh jika orang dari setiap umat mengklaim bahwa orang yang menganut agamanya yang akan masuk surga. Sekali lagi, agama tidak menyelamatkan.


Yang membuat orang selamat dan dipilih Tuhan menjadi umat-Nya adalah PERBUATANNYA (baik yang nampak maupun yang tidak nampak).

Seorang penjahat yang turut disalib di samping Yesus, dia bukan Kristen. Dia belum dibaptis, dia belum mengucapkan kalimat syahadat, tapi Yesus berkata kepada penjahat yang naas itu: “Pada hari ini juga, engkau akan bersama-sama Aku di Taman Firdaus.”

Karena apa Yesus memilih orang itu? Karena PERBUATANNYA. Perbuatan yang tidak nampak, yaitu pertobatan dan penyesalan, serta pengharapan yang sangat di dalam hati sanubarinya. Dan Yesus tahu akan hal itu. Dia tahu hati setiap orang, termasuk apa yang dirasakan oleh penjahat itu. Dia hancur hatinya, hilang semangatnya, dia merasa sebagai manusia terbuang akibat dari perbuatannya yang jahat sehingga mengakibatkan dirinya dihukum mati dengan cara disalib. Ketika penjahat itu tahu bahwa Yesus adalah seorang suci (tentu saja, penjahat ini sudah banyak mendengar tentang Yesus), dia menaruh pengharapannya kepada Yesus. Yesuslah satu-satunya harapannya. Hidupnya telah hancur, dia telah berada di ujung kematian. Tak lama lagi, bila malam mulai menjelang, kedua tangan dan kakinya akan dipatahkan, dan dirinya dibiarkan mati perlahan-lahan di bukit tengkorak itu.
Perasaan takut dan ngeri bercampur aduk. Di saat yang menentukan itu, dia menaruh pengharapannya kepada Yesus. Dan Yesus tahu, kalau orang ini tidak sedang mempermainkan Tuhan. Yesus tahu, bahwa pertobatannya bukan pura-pura. Inilah yang menyebabkan seorang penjahat ini BERHAK menerima karunia keselamatan dari Allah. Bukan karena jasa perbuatannya yang nampak, tapi karena perbuatan yang tidak nampak, yang hanya Allah saja yang tahu, yaitu KESUNGGUHAN dalam PERTOBATANNYA & PENGHARAPANNYA. Ingat, Tuhan selalu ada di pihak orang yang remuk hatinya, dan kepada orang yang menaruh harapannya kepada Tuhan.


Kalau kita mengajar seseorang dan meminta mereka bertobat dengan cara “TERIMALAH YESUS JADI JURUSELAMATMU atau kamu akan masuk neraka!” Umat Islam pun juga melakukan hal yang sama: “MASUKLAH AGAMA ISLAM, KAMU DIJAMIN MASUK SURGA!” (walaupun nabinya sendiri tidak yakin akan masuk surga sampai minta di-sholawati)

Ini bodoh!

Kita sama seperti orang-orang Farisi yang dikecam Yesus:

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.” (Matius 23:15)



Yang Tuhan kehendaki kepada kita adalah bukan untuk menjadi PENGANUT AGAMA, melainkan JADILAH BAIK!

Itulah sebabnya perkataan yang mula-mula disampaikan dalam Injil adalah: BERTOBATLAH!

Dan bukan: “Masuklah Kristen!”

Apakah bertobat berarti masuk Kristen? Tidak selalu. Bertobat artinya berubah total menjadi BAIK menurut ukuran Tuhan.

Yang Tuhan inginkan adalah agar kita mau menjadi BAIK seperti Dia, karena kita adalah “keturunan-Nya” (Kisah Para Rasul 17:28)

Bagaimana perbuatan baik menurut Tuhan? Yaitu orang yang mengerti dan mematuhi kehendak Tuhan. Apa kehendak Tuhan itu? Agar kita umat manusia “Mengasihi Tuhan dan Mengasihi Sesama.”


Jadi, bukan karena ia Kristen, maka dia masuk surga, melainkan karena ia baik. Baik menurut siapa? Baik menurut Allah.

Jadi, kalau kita ingin mentaubatkan seseorang, tanggalkan dahulu kefanatikan kita. Karena tujuan pertobatan itu adalah agar orang mau berubah jadi BAIK, dan bukan sekedar menjadi pengikut aliran kita.

Kita beruntung karena kita umat Kristen telah mengenal Tuhan yang Benar, dan karena kita mengenal Tuhan yang Benar, kita jadi tahu apa kehendak-Nya.

Tetapi mereka-mereka yang sedari kecil di-didik di lingkungan non-Kristen, mereka tidak tahu hal-hal “BAIK” apakah yang diinginkan Tuhan, kecuali hal-hal “BAIK” menurut standar mereka sendiri.

Bila umat Kristen adalah orang-orang yang “PALING MENGERTI” tentang apa-apa yang seharusnya dilakukan sebagai umat Allah, tetapi ternyata mereka tidak jauh berbeda dengan umat lain, maka HUKUMAN yang akan mereka terima akan lebih besar. Karena mereka tahu apa yang harus dilakukan, tapi mereka tidak melakukannya.

Dan kepada umat lain, yang walaupun sudah diberitakan AJARAN YANG BENAR, tapi mereka tetap saja bebal hati, maka ini akan dijadikan DAKWAAN bagi mereka di hari penghakiman.

Ini seperti apa yang menimpa orang Yahudi, sesuai dengan perkataan Yesus:

Yohanes 15:22 Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka!

Yohanes 15:24 Sekiranya Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang walaupun mereka telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun Bapa-Ku.



Maka dari itu, saya ulangi sekali lagi.

Yang dikehendaki Tuhan adalah PERTOBATAN, dan bukan sekedar menganut agama.

Yang Tuhan kehendaki adalah PERBUATAN BAIK, dan bukan pengakuan-pengakuan yang orang jahat pun juga bisa mengucapkannya.

Itulah sebabnya, kenapa di dalam kitab suci tidak ada perkataan: “Orang-orang Kristen akan masuk surga, sedangkan orang-orang non-Kristen akan masuk neraka.”

Mari kita simak ayat berikut:

Wahyu 20:12 Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut PERBUATAN mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.

Saya kutip ulang bagian pentingnya: “Dan orang-orang mati dihakimi menurut PERBUATAN mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.”

dan bukannya tertulis:

“Dan orang-orang mati dihakimi menurut AGAMA mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Kalau Kristen masuk surga, dan kalau agama lain masuk neraka.”



Kita simak juga ayat yang ini:

Wahyu 21:27 Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.

Saya kutip ulang bagian pentingnya: “tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta”

dan bukannya tertulis:

“tidak akan masuk ke dalamnya orang-orang yang beragama selain Kristen.” atau.....
“tidak akan masuk ke dalamnya orang-orang yang mulutnya tidak mengakui Yesus.”

Kenapa tidak ada ayat menuliskan seperti itu? Karena yang Tuhan kehendaki bukan pengakuan dan kefanatikan yang bodoh!

Yang Tuhan kehendaki adalah agar MANUSIA mau BERUBAH menjadi BAIK!!
Bukan baik menurut ukuran manusia, tetapi baik menurut ukuran Tuhan, yaitu BAIK yang SEJATI.

Dan “orang baik” menurut standar Tuhan ini kerap disebut juga sebagai ‘ORANG BENAR’ atau ‘ORANG SALEH’ (tapi bukan saleh yang munafik).


Kalau memang perbuatan baik yang dituntut Tuhan, ternyata sangatlah sulit setiap kita dalam menjalankan perbuatan baik menurut standar Tuhan itu.

Tuhan tahu, kalau berbuat baik itu SANGAT SULIT, sebab manusia itu 'daging' (Kej 6:3)

Semenjak dari zaman Adam sampai zaman sekarang, tak ada satu pun manusia (kecuali Yesus, karena Dia Tuhan) yang mampu berbuat BAIK.

Maka dari itu, Tuhan mengubah cara pandang manusia. Tuhan ingin mengubah orientasi atau tujuan hidup manusia agar manusia setidak-tidaknya bisa terhindar dari perbuatan jahat.

Kalau dahulu di masa Perjanjian Lama, orientasi hidup manusia adalah semata-mata untuk dunia ini, dan ini juga ditunjukkan dengan janji Tuhan kepada bani Israel tentang TANAH PERJANJIAN di Negeri Kanaan, sehingga hal ini menyebabkan manusia akan berusaha untuk menjadikan dunia ini sebagai suatu milik pusaka yang harus dipertahankan, saling berebut harta, berebut kekuasaan, berebut kenikmatan duniawi dan lain sebagainya.

Dan kini di masa Perjanjian Baru, Tuhan mengubah pola atau cara pandang hidup kita terhadap dunia, dan mengarahkan tujuan hidup kita ke arah kesejatian, yaitu kekekalan.

Ini adalah TRIK dari YANG MAHA KUASA, agar supaya kejahatan dapat ditekan atau setidak-tidaknya dikurangi seminimal mungkin. Dan tentu saja, hanya manusia-manusia tertentu saja yang akan sanggup melaksanakan TRIK ini. Seperti kata Tuhan, “Hanya sedikit yang diselamatkan” (Ulangan 28:62, Yeremia 42:2, 1 Petrus 3:20)

Orang dunia ini lebih cinta keduniawian daripada SURGA.
Orang dunia ini lebih cinta apa-apa yang nyata di dalam kehidupan ini daripada terhadap JANJI ALLAH yg masih dianggap semu.

Padahal JANJI ALLAH akan SURGA & NERAKA ini adalah TRIK TUHAN agar supaya umat manusia yang hidup di bumi ini mau merubah TABIATNYA YANG JAHAT.

Bagi yang jahat diancam hukuman neraka.
Bagi yang “hidupnya benar” (=BAIK menurut Tuhan) dihadiahi HIDUP KEKAL.

Apa yang Tuhan lakukan ini semata-mata untuk kebaikan kita, agar kita tidak selamanya hidup di bawah pengaruh kuasa SETAN.

PERBUATAN BAIK-lah yang menentukan orang itu akan masuk surga atau neraka.

Keselamatan semata-mata adalah karunia Tuhan, bukan karena usaha munafik yang manusia lakukan. Manusia tidak dapat mengontrol atau memerintah Tuhan agar Tuhan menerima dirinya dalam Kerajaan Surga-Nya, tetapi semata-mata atas kehendak Tuhan. Ini adalah hak prerogatif Tuhan.

Siapa yang Tuhan suka untuk dijadikan umat-Nya, maka jadilah ia umat-Nya.
Dan siapa yang Tuhan benci untuk tidak dijadikan umat-Nya, maka tidak akan pernah berhasil ia menjadi umat-Nya.

Kita sekalian, memang sedang berebut kasih-Nya. Kita sekalian, sedang berusaha untuk menarik simpati Tuhan agar Tuhan senang dan mengasihi kita.

Karena berbuat baik itu sulit, saya memiliki rumus ampuh agar bisa menjadi orang benar:

1. Ubahlah orientasi hidup kita, yang semula untuk dunia ini, kita arahkan semata-mata untuk surga-Nya. (Seperti kata Paulus, keinginan daging sarat dengan sifat-sifat dosa)

2. Bila hati kita hendak membelok ke arah yang jahat, ingatlah kepada JANJI ALLAH, ingat kepada surga-Nya, katakan kepada dunia: “Ah, tidak penting engkau. Hanya surga yang aku inginkan. Kenikmatan dunia yang engkau tawarkan sama sekali tidak menarik minatku!” Bila Anda sungguh mampu berbuat seperti apa yang Anda katakan ini, Anda telah menjadi pemenangnya. Tanpa Anda sadari, Anda telah mengalahkan Iblis si Penggoda. Ketika Anda hendak marah, katakan pada hatimu, "dunia tak penting, hanya surga saja yang kuingini." Lalu lupakan semua penyebab amarah itu. Ketika Anda ada kesempatan untuk mencuri, katakan juga perkataan itu. Tundukkanlah keinginan dagingmu. Niscaya, hatimu akan tentram.

3. Sangkal dirimu, tidak ada yang hebat dari dirimu sendiri. Kalau kamu berbuat baik, katakan dalam hatimu bahwa itu bukan karena jasamu, tapi karena ROH TUHAN telah memenuhi hatimu sehingga yang berbuat baik itu bukan Anda, tapi TUHAN yang telah bekerja dalam jiwa Anda.

4. Takluk dan berserah diri sepenuhnya hanya kepada Junjungan yang Sejati, yaitu TUHAN YESUS KRISTUS. Mintalah Dia selalu membimbing hidupmu; bacalah semua yang Yesus ajarkan yang tertulis dalam kitab suci, dan selalu penuhi hatimu dengan sukacita. Ingat, hati yang dengki adalah racun, dia sama seperti penyakit yang dapat menggerogoti kesehatan tubuh dan jiwamu. Tetapi hati yang penuh sukacita adalah obat.


Kenapa saya tidak menggunakan Muhammad sebagai junjungan yang sejati?

Karena saya tahu ajaran-ajaran Muhammad bukanlah ajaran-ajaran BAIK, tetapi ajaran-ajaran RACUN yang dapat menggerogoti jiwa dan tubuh saya bagaikan penyakit yang sangat mematikan secara perlahan-lahan.

Saya telah membandingkan kedua ajaran, Muhammad dan Yesus, dan kesimpulan saya adalah: Yesus memang sungguh-sungguh TUHAN, dan Muhammad adalah seorang pembohong (nabi palsu).


Tahukah Anda, perkataan Yesus kepada Petrus: “Apakah engkau mengasihi Aku?” “Gembalakanlah domba-domba-KU”

Ini adalah perkataan-perkataan Tuhan Allah seperti yang pernah Dia sampaikan kepada Musa dan para nabi di Israel.

Tuhan Allah tidak gila penyembahan, tetapi Dia yang agung minta dikasihi karena Tuhan itu rendah hati, Dia tidak angkuh.

Tuhan Allah menganggap umat pilihan-Nya adalah domba-dombaNya, dan Dia sendiri sebagai Gembala yang selalu siap membimbing dan melindungi keselamatan domba-dombaNya bila suatu saat hewan buas menyerang.

Tidak hanya dari Mujizat yang Yesus lakukan, tapi dari wibawa dan segenap ucapan-Nya, sangat membuktikan bahwa YESUS memang TUHAN adanya.

Dan perkataan-perkataan Yesus ini:

"Aku adalah Roti Hidup" "Aku adalah Terang Dunia" "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman." "Aku sudah ada sebelum Ibrahim" "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia." "Aku dan Bapa adalah Satu" "Siapa percaya kepadaku, dia akan beroleh hidup yang kekal" dan masih banyak perkataan luar biasa lainnya yang hanya layak bila itu diucapkan oleh Allah.

Yesus bukan seorang penghujat, karena mujizat Ilahi bisa bekerja melalui Dia. Jadi antara perkataan dan mujizat saling menguatkan bahwa Yesus memang sungguh-sungguh Tuhan. Yesus bukanlah seorang pembual seperti yang Muhammad lakukan. Muhammad sangat memalukan, sebaliknya Yesus sungguh agung. Tiada cela padanya. Sewaktu dia diludahi, ditampar, dihina, tidak ada satupun laknat ataupun kata-kata jahat keluar dari mulut-Nya. Ya Tuhan, sampai sedemikian besarkah murka-Mu kelak di hari kiamat sehingga Engkau harus memendamnya dalam-dalam dan menunggu saat yang tepat untuk membinasakan kami semua? Ya Tuhan, ubahlah kami semua agar bisa menjadi orang-orang yang baik dalam pandangan-Mu. Amin.

Salam,

DULADI

 
To: Harry,

Anda:
Apakah mungkin orang benar tapi tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan dan satu2nya juru selamat?

Jawab:
Orang Benar adalah orang yang mengasihi Tuhan dan mengasihi manusia seperti mengasihi dirinya sendiri. (Ini adalah perbuatan baik yang sejati)

Kalau dia mengasihi Tuhan, berarti dia sudah tahu siapa Tuhan yang Sejati, dia sudah mengenal Tuhan dengan benar, tanpa diperintah pun, mulutnya akan mengaku dengan tulus bahwa Yesus memang TUHAN dan satu-satunya JURUSELAMAT.

Saya tahu Yesus adalah benar-benar Tuhan, bukan karena kefanatikan saya terhadap kekristenan, tetapi karena saya TELAH MENYADARI SEPENUHNYA (baik dengan nalar ataupun dengan bukti-bukti kongkrit lainnya).

Pokok ajaran yang benar, bukan pada pengakuannya, tapi seberapa jauh dia telah BERTOBAT.

Bertobat, berarti telah berubah menjadi baik secara total menurut ukuran Tuhan.

Orang yang ‘tidak benar’ tidak akan pernah bisa mengakui Yesus sebagaimana mestinya.

Kalau kita menuntut orang supaya percaya kepada Yesus, sementara perihal Yesus dan ajaran-ajaranNya tidak pernah diketahuinya, bagaimana mungkin orang dapat percaya? Malah ini hanya akan menjadi bahan olok-olok.

Kita bukan manusia primitif yang hidup di masa Arabnya Muhammad. Kita tidak bisa didikte dan dituntut untuk menurut begitu saja tanpa kita bisa menyuguhkan kebenaran secara nalar dan logika.

Tuntutan Allah yang masuk akal adalah: agar seluruh umat manusia bertobat! Bertobat dari segala perilakunya yang jahat. Dan ini adalah inti dari ajaran Alkitab, mulai dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Yang Allah kehendaki bukanlah pengakuan yang kosong, pengakuan yang idiot, tetapi pengakuan yang sungguh-sungguh, pengakuan yang cerdas, yaitu pengakuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tuhan tahu hati manusia. Tuhan tahu, siapa yang benar-benar bertobat dan siapa yang cuma sekedar mengaku di bibir saja, tapi hatinya jauh daripada-Nya.

Tidak ada satupun manusia yang dapat benar-benar bertobat (berbuat baik) bila dia belum mengenal ajaran Tuhan yang benar. Kita tunjukkan kepada mereka bahwa apa yang mereka anut selama ini adalah salah. Dan kita pun juga harus bisa menunjukkan bagaimana ajaran yang benar kepada mereka.

Secara lambat namun pasti, kita semua akhirnya menyadari bahwa cuma Yesuslah satu-satunya kebenaran, tidak pada yang lain.

Dengan demikian, kita tidak menimbulkan kesan pemaksaan doktrin atau memaksakan kefanatikan semata.




Anda:
Yesus adalah satu2nya juru selamat adalah suatu statement yang benar.

Jawab:
Statemen ini benar, tapi akan terkesan membabi-buta bila kita tidak memulainya dari pengenalan akan Yesus, akan segala perkataanNya yang berani dan berwibawa serta mujizat-mujizat yang menyertai-Nya.

Di mata Muslim, kita kerap dianggap dungu karena mempertuhankan manusia sebagaimana mereka pun mempertuhankan “setan” tanpa mereka sadari.

Mereka selalu dibuat bingung, mengapa Yesus dianggap Tuhan. Inilah yang harus bisa kita buktikan kepada mereka agar tidak terkesan bodoh dan menjalankan kefanatikan yg buta.



Anda:
Kalau ada orang mengatakan Yesus bukan satu2nya juru selamat apa ini benar dihadapan Allah?

Jawab:
Kalau sampai dia menyebut nama Yesus, berarti orang ini pernah mendengar berita tentang Yesus. Bila dia mengatakan Yesus bukan satu-satunya juruselamat, berarti dialah yang dimaksud dalam 1 Yohanes 2:22-23 “Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.”

Injil sudah sampai kepadanya, tapi dia menolaknya.

Tapi orang yang sama sekali tidak pernah mendengar kabar Injil, dia dalam usaha pencariannya akan Tuhan (seperti Sidharta Gautama), dan dalam hikmatnya itu dia mengerti apa-apa yang harus dia lakukan dalam hubungannya dengan Tuhan dan manusia, apakah Yesus tidak akan menyelamatkan orang ini?

Bukankah oleh kebenarannya orang diselamatkan? Orang yang selama hidupnya di bumi tidak pernah tahu kabar tentang Yesus, di surga nanti, dia akan dibuat mengerti dan langsung sujud di hadapan Tuhan yang selama ini dia cari. Apakah kita berhak protes bila Yesus menyelamatkan orang-orang benar dari golongan ini hanya karena mereka bukan Kristen? Kalau kita demikian egois, lalu apa bedanya kita dengan orang-orang Muslim yang jahat?

Yesus saja tidak egois. Dia menyembuhkan siapapun yang mau percaya kepada-Nya, sekalipun bibirnya belum pernah mengaku Yesus Juruselamat. Yesus Kristus Tuhan kita, memang tidak gila pengakuan. Yang diinginkan Tuhan adalah perbuatan baik. Dan perbuatan baik itu tidak akan pernah bisa kita lakukan bila kita tidak bersandar kepada Yesus. Seperti lingkaran bukan? Toh... akhirnya balik lagi kepada Yesus.

Kita hilangkan kefanatikan, kita ubah cara pandang kita tentang Tuhan dan apa yang diinginkanNya. Tuhan tidak gila penyembahan dan tidak gila pengakuan. Yang Dia inginkan adalah KEBAIKAN yang SEJATI, yaitu agar kita mau mengasihi Dia dan mengasihi sesama kita walau musuh sekalipun.



Anda:
Orang yang diselamatkan adalah orang yang benar dihadapan Allah baik perbuatan maupun perkataannya?

Jawab:
Perkataan meluap dari hati, dan Tuhan menguji hati setiap manusia. Dia tahu, mana perkataan yang tulus (seperti yang diungkapkan oleh Penjahat yang turut disalib di samping Yesus) ataukah sekedar perkataan formalitas belaka untuk menjadi penganut sebuah aliran.



Anda:
Kalau ada orang yang perbuatannya benar dan perkataannya salah bagaimana?

Jawab:
Tidak mungkin ada orang yang perbuatannya benar tapi perkataannya salah, karena perkataan adalah sama dengan perbuatan. Bila perbuatannya benar, tentu segala perkataannya juga benar. Tapi bila perkataannya salah, berarti dia belum berbuat benar.




Anda:
Bukankah perkataan itu bagian dari perbuatan?
Penjahat dikayu salib itu berkata saja tidak berbuat apa2
Tapi perkataannya itu sudah bisa dianggap berpuatan bukan.
Pendeta yang berkotbah itu berkata saja sambil berdiri di mimbar bukankah itu juga disebut perbuatan? Dia berbuat berkotbah.
Jadi rupanya ada hubungan erat antara perkataan dan perbuatan. Oleh sebab itu ada pepatah bahasa menunjukan bangsa.

Jawab:
Setuju, saya juga berpandangan demikian.
Tapi, perkataan formalitas tidak bisa dibenarkan di mata Tuhan. Yang Tuhan inginkan ketulusan dari hatinya yang paling dalam (dan ini hanya Tuhan saja yang mengetahuinya). Dan kerapkali Tuhan menguji kita, apakah pengakuan di bibir sama dengan kenyataan di lapangan.

Iman tanpa perbuatan adalah mati. Tetapi melaksanakan segala ketentuan tradisi keyahudian (tradisi Taurat, bukan 10 Perintah), adalah kesia-siaan. Manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena melaksanakan sunat dan tata cara ibadat yang munafik. Dan iman ini, harus bisa kita buktikan dalam perbuatan tingkah laku sehari-hari, baik yang nampak maupun yang tidak nampak, demi untuk menyenangkan Tuhan karena kita mengasihi Tuhan. Siapa yang berbuat baik, dia tentu akan mengakui Yesus, karena Yesus tidak jahat, Dia telah mengorbankan diri-Nya untuk kita. Dia bersedia menyeka kaki murid-muridNya, untuk memberi teladan pada kita. Bahwa kita, haruslah saling mengasihi, menghilangkan segala keangkuhan, dan hidup hanya untuk memuliakan nama Tuhan.

Sekalipun Yesus bukan Tuhan, Dia tetap layak dipuji dan dimuliakan. Tidak ada manusia sebaik Yesus. Tetapi, dengan logika dan hati nurani saya, saya berseru: YESUS memang TUHAN yang telah melawat umat-Nya. Tuhan itu rendah hati, Tuhan itu kasih tiada batas, dan itulah yang menyebabkan saya SUJUD MENYEMBAH di hadiratNya, bukan karena diminta.

Dari segala perkataan dan kewibawaanNya, serta mujizat yang menyertai-Nya, semoga kita semua dapat mengenali wujud Yesus yang sesungguhnya, tidak dibutakan oleh kefanatikan dan rasa egoisme.

Salam,
DULADI
 
To: proJesusChrist,

Anda:
Memang yg tdk mengasihi adl pembohong, walau bibirnya mengaku Yesus. Tdk akan diselamatkan.
Tetapi yg mengasihi tetapi menolak Yesus pun tidak akan diselamatkan, krn artinya mereka tdk mengakui Tuhan & pengorbanan/pekerjaanNya.

Jawab:
Pengorbanan Tuhan adalah semata-mata karena Dia mengasihi kita. Tuhan tidak pamrih, dan Dia tidak minta diaku-akui pengorbanan-Nya. Semua pekerjaanNya semata-mata untuk kita umat manusia demi untuk menebus kita dari kuasa si Jahat.

Kenapa harus adalah korban penebusan? Bila di alam semesta ini hanya ada Tuhan dan manusia saja, Tuhan tidak perlu ‘penebusan’. Cukup Dia berfirman, “Segala dosa-dosamu kuampuni. Kubebaskan engkau dari kutuk kematian dan kutuk neraka.” Tetapi permasalahannya tidak sesimpel itu. Di alam maya ini, ada PIHAK KETIGA, yaitu Iblis. Jadi penebusan itu pun tidak lepas persoalan Iblis dengan Allah. Pengorbanan Yesus di kayu salib tidak semata-mata hanya untuk manusia saja, tapi juga untuk menandai batas kesabaran Tuhan kepada Iblis.

Semenjak Kristus berhasil menyelesaikan misi penebusanNya, Iblis terusir dari surga. Ini dinyatakan dengan sebuah penglihatan kepada Rasul Yohanes seperti yang tertulis dalam Wahyu 12:5-9 “Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”

Ini sejalan dengan perkataan Yesus kepada murid-muridNya:

Yohanes 12:31 Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga PENGUASA DUNIA ini akan dilemparkan ke luar;

dan ....

“Aku telah mengalahkan dunia.” (Yohanes 16:33)



Anda:
Ttg perumpamaan pesta, yg tdk berbaju sesuai (pakaian yg diputihkan oleh penebusan Yesus) tdk akan diijinkan.
Kita bukan berbaju kebaikan baru boleh masuk sorga, tetapi baju penebusan.
Perbuatan baik/mengasihi itu harus, untuk membuktikan kita mengasihi & percaya Yesus.
Tetapi yg membuat baju kita putih bukan perbuatan kita tetapi 'darah' Yesus.

Jawab:
Tulisan Anda ini bagus, agar supaya masing-masing kita tidak bermegah atas segala kebaikan yang kita lakukan.
Kita berbuat baik bukan demi pahala, tapi demi membuktikan iman kita kepada Yesus.
 
 
Anda:
jadi menurut Duladi: tidak usah percaya KRistus tapi bertobat berbuat baik siapa tahu Tuhan kasih ampun juga?

Jawab:

Kalau ada orang yang berkata: Tidak usah percaya Kristus!
Berarti berita tentang ajaran Yesus telah sampai kepada orang itu. Dan kalau sampai dia mengucapkan itu, berarti dia telah menolak Yesus, dan dia-lah antikristus.

Berbuat Baik adalah keharusan, tetapi bukan perbuatan baik menurut ukuran manusia, melainkan perbuatan baik menurut ukuran Tuhan.

Orang yang BERBUAT BAIK, dengan sendirinya dia akan percaya Kristus.

Tetapi orang yang TIDAK BERBUAT BAIK, dia pasti akan menolak Kristus. Sebab dengan mempercayai Yesus, berarti dia sedang menelanjangi dirinya sendiri. Ajaran-ajaran Kristus akan menyingkap semua borok-boroknya, itulah sebab orang jahat tidak dapat menerima Yesus.

Orang Jahat tidak dapat menerima ucapan Yesus yang keras ini: “Siapa menampar pipi kananmu, berikan juga pipi kirimu!” Mereka menganggap ajaran Yesus ini sebagai kebodohan.

Tetapi orang yang KUDUS, dapat memahami ajaran Yesus ini sebagai KEBENARAN YANG SEJATI.

Jadi, kalau orang tidak percaya kepada Yesus, jelaslah ia tak akan mungkin ORANG YANG BAIK!

Maka dari itu, sungguh konyol orang yang membolik-balik perkataan karena kefanatikannya: “Bagaimana kalau ada orang baik tapi tidak mengakui Yesus?”

Jawaban saya: “Bagaimana mungkin orang bisa berbuat baik, kalau ia tidak mengakui Yesus?”

KEBENARAN DAN YESUS ibarat sebuah garis berkait yang melingkar, yang bila dibolak-balik arahnya tetap akan bertemu dan kembali kepada Yesus dan Kebenaran.

Orang yang mencari Yesus, berarti ia ingin berbuat baik. Dan orang yang berbuat baik, pasti ujung-ujungnya akan mencari Yesus, sebab di luar Yesus ia tidak akan temukan kebenaran.

Seluruh pemimpin atau pendiri agama yang pernah ada, ajarannya tidak ada yang sempurna. Hanya Yesus saja yang memberikan ajaran tentang KEBAIKAN yang sempurna.

Tentu, di antara “pengajar kebaikan” itu, ada yang terbaik dan ada yang terburuk.
Yang terbaik adalah Yesus, sementara yang terburuk adalah Muhammad. Inilah hasil penyelidikan saya pribadi selama belasan tahun ini.


Anda:
Kristus hanya pelengkap, 'tukang bersih dosa' yg HARUS mengampuni kalau orang2 sudah berbuat baik?

Jawab:
BERBUAT BAIK sudah menjadi tuntutan Allah. Dan seruan Injil yang mula-mula adalah: BERTOBATLAH!

Bukannya:

“AKUI YESUS sebagai PENEBUS DOSA”

Saudaraku, Yesus tidak gila hormat dan Yesus tidak gila pengakuan. Jangan kau hina Dia seperti itu. Memang, beginilah pandangan sebagian besar umat Kristen yang telah disesatkan oleh kefanatikannya.

Mengapa kita mendukakan hati Tuhan kita, dengan menganggapnya seolah Dia itu narsisist, sementara kita malah menomorduakan apa yang sesungguhnya Tuhan kehendaki kita lakukan.


BERTOBAT, dan bukan PENGAKUAN. Pengakuan hanyalah sebagai efek kelanjutan dari pertobatan itu. Bila yang diutamakan adalah Pengakuan, kita telah sesat jalan! Iblis memang kerap menyesatkan kita melalui pola-pola pemahaman dan jalan berpikir.



Anda:
Bukan agama Kristen yg bilang2 ngaco loh, firman TUhan dlm Alkitab sendiri bilang: roh yg tdk mengakui Kristus Tuhan yg terlahir & mati & bangkit, adalah roh2 antiKRistus. Bagaimana menurut Duladi tentang ini.

Jawab:
Kalau sampai ada roh yang tidak mengakui Kristus Tuhan, berarti itu Roh Setan. Dan itu tandanya berita tentang Kristus telah dia ketahui, hanya saja dia menolaknya. Orang yang demikian, sudah tentu tingkah lakunya tidak sempurna; paling-paling dia akan suka ikut-ikutan bakar gereja dan mengumbar dengki di mana-mana terhadap pengikut Yesus.

Jadi, mana mungkin ada orang yang tidak mengakui Kristus Tuhan bisa berbuat baik?

Jadi, janganlah Anda bertanya lagi: “Bagaimana kalau ada seorang antikristus tapi perbuatannya baik?” Ini tandanya Anda belum memahami apa yang dimaksud dengan BAIK.

BAIK itu relatif menurut ukuran manusia, tetapi BAIK yang SEJATI adalah menurut ukuran Tuhan. Dan seorang Antikristus, tidak mungkin sanggup berbuat baik yang sejati.



Anda:
kita boleh berdiskusi di sini untuk saling mengkoreksi loh. mungkin Anda yg belum paham atau saya yg belum paham, tapi mari mencari KEBENARAN KRISTUS itu (bukan kebenaran Duladi, kebenaran saya, atau yg menurutmu kebenaran KRisten).

Jawab:
Setiap orang yang dikaruniai hikmat Roh Allah, dia bisa menyatakan kebenaran dengan kata-katanya sendiri. Apa yang Anda yakini bukanlah suatu kesalahan, dan apa yang saya yakini juga bukan suatu kesalahan. Setiap anak Allah, bisa memiliki hikmatnya sendiri, sepanjang itu tidak melawan kehendakNya.

Arius juga dikaruniai hikmat, begitu pula Athanasius. Kedua orang ini sama-sama percaya dan takluk tunduk sepenuhnya kepada Tuhan Yesus. Tetapi perbedaan pemahaman di antara mereka menyebabkan masing-masing saling mengkafirkan. Ini yang salah.

Seperti apa yang dikatakan Rasul Paulus:

1 Korintus 13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

Sesuatu yang samar-samar tidak layak diperdebatkan sampai harus adu otot dan bunuh-membunuh.

Arius adalah pengikut Kristus, begitu pula Athanasius. Saya tidak mendukung salah satunya, tapi saya menghargai keduanya karena mereka masing-masing memiliki hikmatnya sendiri sebagai cermin kemandiriannya sebagai Anak Tuhan yang bebas.
Mereka hanya korban dari pikirannya sendiri yang sibuk mencari definisi-definisi yang sebenarnya tidak penting dan bukan itu yang Tuhan utamakan.

Athanasius lebih memahami kehidupan Yesus yang penuh kuasa dan wibawa sebagai “Allah”, sementara Arius menutup mata terhadap segala kuasa dan wibawa Yesus semasa hidupNya, Arius hanya lebih berfokus pada kedudukan Yesus sesudah Dia terangkat ke surga. Dan pandangan Arius inilah yang tampaknya berkembang di Jazirah Arab, dan sedikit banyak mempengaruhi cara berpikir Muhammad terhadap diri Yesus.

Yang saya tentang adalah orang yang menganggap Yesus sebagai seperti yang digambarkan dalam film “The Last Temptation” atau seperti yang digambarkan oleh Muslim. Menurut Muslim, kalau Yesus sujud, maka disangkanya Yesus mengajarkan sholat. Kalau Yesus sunat, disangkanya Yesus mengajarkan sunat. Kalau Yesus bilang: “Aku datang tidak membawa damai, melainkan pedang”, dikiranya Yesus sama dengan Muhammad yang bengis. Dan masih banyak lagi yang perlu kita jelaskan kepada mereka.
 
Salam,
DULADI
 

To: Dediary,

Anda:
he mas dul, tulisanmu panjang tapi cara menyampaikan 'isi' nya kayak model orang jualan obat. awalnya menyalahkan semuanya tapi ujung-ujungnya kontradiksi dengan awal, kayak orang stress nurut saya, maksa banget gitu lho!
awalnya anda bilang di alkitab tidak tertulis bla..bla..bla.. utk mencapai keselamatan. tapi kok anda masih bersikukuh menganggap Yesus adalah Tuhan padahal alkitab tidak mengatakan demikian.

Jawab:
Alkitab SUNGGUH-SUNGGUH mengisyaratkan itu, bahwa Yesus adalah TUHAN!
Anda jangan hanya melihat unsur-unsur fisik kelahiran Yesus dan segala mujizat yang dilakukanNya, tapi juga perhatikan wibawa dari perkataan-perkataanNya.

Tidak ada manusia yang bisa berkata-kata seperti yang Yesus ucapkan, kecuali orang gila. Dan Yesus, bukan orang gila. Dia orang yang SANGAT BIJAKSANA. Tidak ada ego dan ambisi seperti yang dipertontonkan Muhammad. Yesus sungguh luar biasa.

Dengan jujur saya mengakui: YESUS ADALAH TUHAN!
Saya tahu Yesus Tuhan bukan karena saya fanatik, tapi saya memang telah membuktikannya dengan logika dan nalar saya, sebagaimana umat Muslim kerap membangga-banggakan nalar dan logika.




Anda:
sebenarnya standar anda dalam memahami ayat gimana sih. satu sisi kalo gak ada di alkitab ya harus tidak begitu tapi di sisi lain menafsirkan ayat harus begini dan begitu padahal ayatnya secara eksplisit tidak mengatakannya.

Jawab:

Justru kalau di dalam Injil dikatakan secara terang-terangan: “AKU (Yesus) adalah TUHAN!” Saya malah sanksi akan kebenaran tulisan ini.

Dan saya akan mencap Yesus sebagai orang narcisist seperti Muhammad yang edan dan gila pengakuan.

Sekiranya di dalam Alkitab ada tulisan: “Tuhan telah menurunkan Kitab Injil kepada Yesus!”
Saya malah ketawa terbahak-bahak dan tidak akan mau mempercayainya lagi.

Justru saya akan menganggap Alkitab sekedar kitab karang-karangan orang bodoh yang hendak menyimpangkan jalan berpikir kita, serta menyesatkan pengetahuan kita akan sejarah.


Anda:
lalu tentang perbandingan Muhammad dengan Yesus kok seolah-olah anda tahu betul keduanya ya? kenalan di mana? gimana nanti kalau ternyata Yesus memang mengakui kenabian Muhammad, anda akan taruh dimana muka anda?

Jawab:

Yesus tidak akan pernah mengakui kenabian Muhammad, malah Muhammad-lah yang akan menangis terseduh-seduh memohon ampunan dari Yesus karena telah berani menghujat Yesus dengan memalsukan kata-kata yang sebenarnya bukan ucapan Yesus tapi diaku-akui sebagai ucapan Yesus, seperti yang Muhammad diktekan dalam Surat Maryam maupun Surat Ali-Imran.

Muhammad akan menyesal karena telah mengarang cerita bohong tentang kisah terangkatNya Yesus ke surga, yang dia katakan Yesus telah ‘melarikan diri’ ketika orang-orang Yahudi hendak menangkapNya, dan malah dengan ‘tega’ menyerupakan orang lain supaya disalib untuk menggantikan dirinya. Muhammad telah menjadikan Yesus ibarat seorang ‘nabi pengecut’ seperti dirinya.

Muhammad adalah nabi palsu seperti yang dinubuatkan dalam kitab Wahyu, dan dia PASTI akan dilemparkan ke dalam neraka.

Wahyu 20:10 dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat BINATANG dan NABI PALSU itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.



Anda:
saya dan teman-teman muslim tidak akan pernah menghujat Yesus sedikit pun tapi apa yg anda lakukan terhadap Muhammad? seakan-akan anda lebih suci dan lebih bagus darinya. anda akan tahu jawabannya nanti saat anda tidak akan bisa kembali lagi ke dunia!

Jawab:

Anda tidak menghujat Yesus itu baik, tapi penolakan Anda terhadap-Nya sama juga dengan menghujat. Berita tentang Injil telah kami sampaikan, namun Anda malah mati-matian menentangnya. Jadi, jangan salahkan kami bila Anda kelak dihakimi di akhir zaman, sebab berita sudah Anda terima, tapi Anda yang menolaknya.

Jadi, semuanya adalah tanggungan Anda sendiri. Kami sudah lepas tangan.

Perihal tentang suci tidaknya kami, hanya Tuhan yang menentukan.
Tetapi dengan sadar, kami tahu: Kami tidak suci. Walaupun kami tidak suci, kami lebih baik daripada Anda. Kenapa? Karena walau kami tidak suci, kami tidak pernah bakar-bakar gereja, memfitnah umat lain, menebar kebencian, mencap orang lain kafir, memenggal kepala orang, merasa sok jagoan sambil teriak-teriak Allahuakbar, dan ingin membunuh ribuan orang hanya untuk mendapatkan kenikmatan seksual di surga palsu.

Dari sini saja sudah kelihatan, mana yang benar dan mana yang salah. Tuhan Yesus sudah mengingatkan, “Dari buahnyalah kamu akan tahu, ajaran mereka palsu atau asli.”

Salam,
DULADI

Kerajaan Iblis (Dunia)

Oleh: Setiawan



"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia [aion] ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2)


Kata Yunani untuk ungkapan "menjadi serupa", yaitu "suschematizo" adalah kata campuran yang terdiri dari pre-posisi "dengan" dan kata yang di-translasi sebagai "gaya" (cara). Dan satu-satunya tempat lain dimana kata ini ditemukan adalah kitab 1 Petrus 1:14 yang berkata demikian:

"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu [suschematizo] yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu"

Ayat ini sangat membantu kita untuk memahami ungkapan "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini". Kemudian ungkapan "gaya" atau "cara" (schema) dapat ditemukan dalam dua ayat lainnya, yang membedakan dengan kontras dua kerajaan rohani yaitu, kerajaan Tuhan Yesus Kristus dan kerajaan dunia ini, atau kerajaan Iblis. Dalam kitab 1 Korintus
7:31 kita membaca demikian:

"pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya [yaitu jangan terlalu bersahabat dengan barang-barang duniawi]. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang [schema] akan berlalu."

Dan kitab Filipi 2:8 berkata demikian:

"Dan dalam keadaan [schema] sebagai manusia, Ia [Kristus] telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib."

Mungkin anda memperhatikan bahwa sifat alami dari kerajaan yang kedua, yaitu kerajaan Iblis, dinyatakan dalam ungkapan:

" ... dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu."

Kerajaan ini adalah kerajaan yang singkat, tidak permanen (sementara), dan tidak stabil. Disisi lain, Tuhan Yesus Kristus -- yang walaupun mengambil wujud manusia sama seperti kita, namun Dia tidak pernah berbuat dosa -- Ia mewakili kerajaan yang berlawanan. Itu adalah kerajaan yang kekal, permanen dan sangat stabil. Itu merupakan refleksi dari karakter Tuhan sendiri yang suci. Mungkin anda masih mengingat kitab 1 Yohanes 2:16-17 yang berkata demikian:

"Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa,
melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."

Dan dalam kitab 2 Korintus 4:4 kita mempelajari demikian:

"yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini [yaitu Iblis], sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah."

Kata Yunani yang di-translasi sebagai ungkapan "dunia" (aion) juga muncul dalam kitab Efesus 2:2 yang berkata demikian:

"Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia [aion] ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa [yaitu Iblis], yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka."

Harap diperhatikan bagian ini menunjukkan bahwa --mereka semua yang belum diselamatkan masih berada dibawah kuasa kerajaan Iblis--, sama seperti yang kita baca dalam kitab Kolose 1:13 yang menyatakan dengan cara yang berbeda, disitu kita baca demikian:

"Ia [Allah] telah melepaskan kita [orang-orang yang percaya] dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih"

Kebenaran yang sama juga dinyatakan dengan keras kepada para pemimpin agama pada zaman Yesus. Dalam kitab Yohanes 8:43-47 Tuhan Yesus menegaskan demikian:

"Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu [yaitu Iblis]. Ia adalah pembunuh
manusia sejak semula dan tidak hidup dalam Kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku. Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya
kepada-Ku? Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak
berasal dari Allah."

Dan sama seperti yang terjadi pada zaman Yesus, pada hari sekarang ini juga ada banyak orang-orang terkasih yang berpikir bahwa mereka sedang menyembah Tuhan dimana sebenarnya mereka sedang menyembah Iblis yang
adalah bapa dari segala dusta. Orang-orang yang malang ini telah menjadi buta secara rohani. Pada kenyataannya sewaktu anda mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang ada tertulis di dalam Alkitab atau sesuatu yang kurang dari apa yang ada tertulis di dalam Alkitab, anda memiliki Injil yang berbeda karena kuasa yang berbeda (Wahyu 22:18-19).

Sebenarnya sejak dari dalam kandungan semua umat manusia adalah mati secara rohani dan pantas untuk berada dibawah murka Allah (Mazmur 51:5). Setiap dari kita pantas untuk menerima hukuman yang kekal di dalam Neraka karena kita telah melanggar setiap perintah yang ada di dalam Alkitab. Mungkin seseorang akan berdebat, "Tunggu sebentar! Saya
adalah seorang yang sangat bermoral. Saya tidak pernah menipu, membunuh atau melakukan perzinahan. Saya selalu membayar pajak saya
tepat waktu." Akan tetapi, masalah yang kita hadapi disini adalah jauh lebih besar dari apa yang dapat kita bayangkan. Alkitab menjelaskan dalam kitab Yakobus 2:10 demikian:

"Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya."

Ini adalah alasannya mengapa seluruh umat manusia dengan sangat gawat memerlukan seorang Juruselamat seperti yang ditekankan dalam kitab Galatia 1:4-5 demikian:

"Tuhan Yesus Kristus [yang tidak pernah berbuat dosa], telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin."

Dan kitab Efesus 6:12 mengajarkan kepada kita demikian:

"karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia [aion] yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."

Ayat ini dan banyak ayat-ayat lainnya di dalam seluruh Alkitab melayani untuk menggambarkan sifat alami dan tanggung-jawab dari seorang anak Tuhan yang sejati untuk menjalankan hidupnya bagi kemuliaan Tuhan, sebagai saksi baik dalam doktrin maupun praktek, seperti yang dinyatakan dalam kitab 2 Tesalonika 2:16-17 demikian:

"Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan
penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik."

Hal yang paling penting adalah bukan untuk mengetahui secara intelektual semua doktrin-doktrin yang diajarkan di dalam Alkitab, hal yang paling penting adalah ketaatan kita kepada perintah-perintah Tuhan.


"For the earth shall be filled with the knowledge of the glory of the LORD, as the waters cover the sea" (Habakkuk 2:14)

Menjadi Anak Allah

Bacaan : Roma 8:12-18

Pada saat ini, banyak orang Kristen seringkali mengartikan bahwa jika menjadi "anak Allah," maka kita tidak seharusnya mengalami kekurangan ekonomi, kemunduran finansial, atau stagnasi usaha. Mengapa demikian? Mereka yang menganut pandangan demikian berpikir, jika Allah itu kaya dan pemilik alam semesta, maka kita sebagai anak-anak-Nya seharusnya mencerminkan keberadaan Allah tersebut. Artinya, jika kita bukan orang yang sukses, memiliki materi yang berlimpah, dan kedudukan sosial yang baik, maka kondisi kita tersebut sebenarnya memalukan nama Tuhan, dan kita tidak mencerminkan anak-anak Allah. Bahkan, jika kita ialah anak-anak Allah, kita berhak menuntut Allah untuk memenuhi keinginan kita. Benarkah pandangan ini sesuai dengan ajaran Alkitab?

Pertama,
konsep "anak-anak Allah" yang dimaksudkan Alkitab adalah berbicara soal keselamatan dan status seseorang di hadapan Allah, bukan kelimpahan materi (Hos. 1:10; Yoh. 1:12). Artinya, dahulu kita hamba dosa, tapi sekarang dalam Kristus, telah diselamatkan dan memiliki status baru, yaitu anak-anak Allah.

Kedua,
konsep "anak-anak Allah" berkaitan dengan pola hidup yang mencerminkan karakter Allah, dan bukan keegoisan dan kebanggaan diri terhadap materi (Rm. 8:1-15; Mat. 5:9; Luk. 6:35-36).

Ketiga,
menjadi "anak Allah" artinya, rela menderita karena Kristus. Berarti, orientasi hidup bukan pada kelimpahan materi, tapi kemuliaan yang akan datang (Rm. 8:17-18).

Kadangkala Allah memberkati kita dengan kelimpahan materi, namun, orientasi hidup bukan di dalam kelimpahan materi, tetapi hati yang rela berkorban demi Kristus.

Jadi, jika kita tidak memiliki kelimpahan materi kesuksesan yang dunia miliki, ini tidak menjadikan kita kehilangan status sebagai anak Allah. Kita dipanggil menjadi anak Allah, bukan untuk berkompetisi tentang kelimpahan materi di hadapan manusia berdosa, tapi menyatakan karakteristik Allah di hadapan mereka, agar mereka menyadari dosa mereka.

"Menjadi Anak Allah berarti kita memancarkan
karakter ilahi melalui
hidup kita.
"

Apakah Yesus Memiliki Sifat-sifat Tuhan?

Oleh: Pemudakristen.com

 

Pengantar

Perjanjian Lama memberikan banyak mengenai sifat-sifat Tuhan. Tuhan dijelaskan sebagai: Maha Hadir, Maha Tahu, Maha Kuasa, kekal dan tak berubah. Ia mengasihi, kudus, benar, bijaksana dan adil.
 
Yesus menyatakan diri sebagai Tuhan. Namun apakah Ia memiliki sifat-sifat ketuhanan ini? Jika kita memeriksa dengan teliti, apakah Ia sesuai dengan  sketsa Tuhan yang kita temukan di bagian-bagian Alkitab yang lain?

Sebagai contoh, ketika Yesus menyampaikan  Khotbah di Bukit, di sebuah bukit di luar Kapernaum, pada saat yang bersamaan Ia tidak berdiri di Jalan Utama Yerikho; Jadi dalam pengertian apa Ia disebut Maha Hadir?
Bagaimana Ia dapat disebut Maha Tahu jika dalam Markus 13:32 Ia mengakui bahwa Ia tidak mengetahui kedatangan-Nya yang kedua kali?
Jika Ia kekal adanya, mengapa Kolose 1:15 menyebut-Nya: 'yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan'?


Yesus Mengampuni Dosa

Apa yang Ia katakan atau Ia lakukan, yang meyakinkan Anda bahwa Yesus adalah Tuhan?

Seseorang dapat menunjuk pada hal-hal seperti mujizat-mujizat-Nya, tetapi orang lain juga melakukan mujizat-mujizat, jadi meskipun ini bisa memberikan indikasi, ini tidak menentukan. Tentu saja, Kebangkitan adalah pembenaran puncak identitas-Nya. Dari banyak hal yang Ia lakukan, yang paling menyolok adalah pengampunan-Nya atas dosa.

Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni."
Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah."
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?
Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?
Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu - "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
Dan orang itupun bangun lalu pulang.
Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
(Matius 9:2-8)

Jika Anda melakukan sesuatu yang melukai saya, saya memiliki hak untuk mengampuni Anda. Tetapi jika Anda melukai saya dan seseorang lain datang menimbrung dan berkata, 'Aku mengampuni', kelancangan macam apa itu?

Satu-satunya orang yang dapat mengatakan hal semacam itu dengan penuh makna adalah Tuhan sendiri, karena dosa, bahkan jika dilakukan terhadap orang lain, pertama-tama dan terutama adalah suatu penentangan terhadap Tuhan dan hukum-hukum-Nya. Jelas di sini Yesus melakukan pekerjaan pengampunan dosa, suatu pekerjaan yang hanya Allah yang mempunyai hak untuk melakukannya.

Ketika Daud berdosa dengan melakukan perzinahan dan mengatur kematian suami wanita itu, akhirnya ia berkata kepada Tuhan dalam Mazmur 51:6, "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan yang Kau anggap jahat". Daud mengakui, bahwa meskipun ia telah berbuat salah kepada orang-orang, pada akhirnya ia berdosa terhadap Tuhan yang menciptakannya dan Tuhan perlu mengampuninya.

Yesus tidak hanya mengampuni dosa, namun juga Ia tidak berdosa. Dan tentu saja ketidakberdosaan merupakan sifat ketuhanan.


Pengosongan Diri

Bagaimana Yesus bisa Maha Hadir, jika Ia tidak dapat berada di dua tempat secara bersamaan? Bagaimana Ia bisa Maha Tahu, jika Ia berkata, 'Bahkan Anak Manusia pun tidak tahu jamnya Ia datang kembali'? Bagaimana Ia bisa Maha Kuasa sedangkan Injil-injil dengan terus terang memberitahu kita bahwa Ia tidak mampu mengadakan banyak mujizat di kampung halaman-Nya?

Dalam Filipi 2:5-7 dijelaskan:
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Yesus telah mengosongkan diri-Nya dalam penggunaan independen sifat-sifat-Nya. Ia berfungsi sebagai Tuhan ketika Bapa memberi-Nya persetujuan untuk melakukannya.

Pengosongan diri Yesus akan pemakaian independen sifat-sifat-Nya menjelaskan kepada kita mengapa dalam beberapa kasus Ia tidak mempertunjukkan kemahakuasaan, kemahatahuan, kemahahadiran dalam keberadaan-Nya di bumi, bahkan meskipun Perjanjian Baru dengan jelas menyebutkan bahwa semua kualitas ini pada akhirnya memang benar dimiliki-Nya.


Pencipta atau Diciptakan?

Ada ayat yang mengisyaratkan bahwa Yesus adalah makhluk yang diciptakan, misalnya Kolose 1:15 mengatakan bahwa Ia adalah 'yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan'. Tidakkah ini dengan jelas mengimplikasikan bahwa Yesus diciptakan, berlawanan dengan keberadaan sebagai Pencipta?

Dalam Perjanjian Baru, anak sulung, normalnya menerima bagian tanah yang terbesar, atau anak sulung akan menjadi raja dalam kasus sebuah keluarga kerajaan. Anak sulung dengan demikian adalah yang pada akhirnya memiliki semua hak dari ayah.

Pada abad kedua sebelum Kristus, ada tempat-tempat di mana kata 'sulung' tidak lagi mengandung makna yang pertama diperanakkan atau dilahirkan, namun memuat gagasan kewenangan yang disertai dengan posisi sebagai pewaris yang berhak. Pengertian itulah yang diterapkan kepada Yesus.

Jika Anda hendak mengutip Kolose 1:15, Anda harus tetap mempertahankannya dalam konteks dengan melanjutkannya ke Kolose 1:19, 'Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia'.
Jadi istilah 'sulung' tidak dapat meniadakan kekekalan Yesus, karena itu adalah bagian dari memiliki kepenuhan Allah.

Dalam Yohanes 1:3 dikatakan Yesus adalah pencipta: 'Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.'


Guru yang Baik

Dalam Markus 10:17-18 dikisahkan ada seorang yang bertanya, 'Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?'
kemudian Yesus menjawab, 'Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja'.
Tidakkah Ia menyangkali ketuhanan-Nya dengan mengatakan seperti itu?

Tidak. Ia sedang membuat orang berhenti dan berpikir tentang apa yang Ia katakan: Engkau mengatakan Aku baik, hanya untuk kesopanan, ataukah karena kamu tahu siapa Aku? Apakah engkau benar menganggap Aku memiliki sifat yang seharusnya  hanya dimiliki Tuhan? Justru di sinilah Yesus menyatakan diri-Nya Allah.


Bapa Lebih Besar daripada Aku

Yesus berkata dalam Yohanes 14:28, 'Bapa lebih besar daripada Aku' .
Apakah ini berarti Yesus kurang daripada Tuhan?

Murid-murid meratap karena Yesus berkata bahwa Ia akan pergi. Dalam Yohanes 14:28, Yesus berkata 'Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku'. Ini artinya Yesus akan kembali ke kemuliaan yang adalah milik-Nya.

Dalam Yohanes 17:5, Yesus berkata, 'Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada', yang artinya 'Bapa lebih besar dari Aku'.
Yesus berada dalam batasan-batasan inkarnasi, Ia sedang menuju ke salib, Ia sedang menuju ke kematian, namun Ia sedang akan kembali kepada Bapa dan kepada kemuliaan yang Ia miliki bersama Bapa sebelum dunia ada.

Ketika saya berkata 'Presiden Indonesia' lebih besar dari saya, tidak berarti dia punya sifat/esensi lebih besar dari saya. Ia lebih besar dalam kapasitas politik dan sambutan publik, tetapi ia tidak lebih daripada saya sebagai manusia.

Andaikata saya naik ke mimbar dan berkhotbah dan berkata 'Dengan sungguh-sungguh saya menyatakan kepada Anda sekalian bahwa Bapa lebih besar daripada saya', itu adalah suatu perkataan yang agak konyol karena semua orang tahu dengan jelas. 

Pernyataan ini akan menjadi bermakna jika yang dibandingkan adalah 2 pribadi yang setara, dalam hal ini Yesus dan Bapa. Dalam hal ini justru jelas bahwa Yesus adalah setara dengan Bapa.

     
Menyesuaikan Sketsa Tuhan

Dalam Perjanjian Baru semua atribut Tuhan ditemukan dalam diri Yesus Kristus:
 
  • Maha Tahu
    Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu. (Yohanes 16:30)
  • Maha Hadir
    Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman. (Matius 28:20)
  • Maha Kuasa
    Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (Matius 28:18)
  • Kekekalan
    Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (Yohanes 1:1)
  • Tidak Berubah
    Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. (Ibrani 13:8)
Juga, Perjanjian Lama melukiskan suatu gambaran akan Tuhan dengan menggunakan gelar-gelar dan deskripsi-deskripsi sebagai: Alfa dan Omega, Tuhan, Juruselamat, Raja, Hakim, Terang, Batu Karang, Penebus, Gembala, Pencipta, Pemberi Kehidupan, Pengampun Dosa, dan Pembicara dengan Kekuasaan Ilahi. Sungguh memukau bila diperhatikan bahwa dalam Perjanjian Baru setiap dan semuanya itu diaplikasikan kepada Yesus.

Yesus mengatakan dalam Yohanes 14:7, 'Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku'.
Artinya, 'Bila kamu melihat sketsa Tuhan dari Perjanjian Lama, kamu akan melihat hal itu di dalam Aku'.


Sumber:
Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Kristus, Penerbit Gospel Press,
PO BOX 238, Batam Center, 29432. Fax 021-7470-9281