Kasih Dan Kebencian

"Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika
kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan
pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang
harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya
dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya
kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus,
sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita --oleh kasih
karunia kamu diselamatkan-- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah
membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia
di sorga" (Efesus 2:3-6)


Dari Alkitab kita mengetahui bahwa Tuhan telah mengasihi orang-orang
pilihan-Nya sejak sebelum dunia dijadikan sampai selama-lamanya
"supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia" (Efesus 1:4-6). Akan
tetapi seseorang mungkin akan bertanya, "Kalau Tuhan mengasihi
umat-Nya sejak sebelum Penciptaan, mengapa Dia menyebut mereka sebagai
orang-orang yang harus dimurkai?"

Jawabannya adalah ada banyak orang yang kurang mengerti perbedaan
antara "murka" (kemarahan) Tuhan dengan "kebencian" Tuhan (dan
kebencian adalah lawan dari kasih). Sebagai contohnya, kita mengasihi
anak-anak kita, tetapi kita juga dapat menjadi marah kepada mereka
karena ketidak-patuhan mereka.

Jadi sebelum orang-orang pilihan dilahirkan kembali dari atas (yang
terjadi pada suatu waktu dalam hidup mereka sebelum mereka meninggal
dunia) orang-orang pilihan sama seperti orang-orang yang lainnya
adalah orang-orang yang harus dimurkai, mereka masih mati secara
rohani atau mati di dalam kesalahan-kesalahan mereka seperti yang kita
baca pada ayat di atas.

Ini adalah sifat alami atau sifat dasar dari umat manusia, akan tetapi
Tuhan mengasihi orang-orang pilihan dan Ia merencanakan untuk
"menghidupkan" atau "membangkitkan" mereka, yaitu memberikan mereka
kehidupan yang kekal di dalam Roh Kristus.

Walaupun Allah Putera telah mengalami Neraka ketika berada dibawah
murka Allah Bapa pada peristiwa kayu salib, Kristus dan orang-orang
pilihan selalu berada di dalam kasih Allah sejak sebelum dunia
dijadikan sampai selama-lamanya. Dalam kitab Roma 5:8-10 kita membaca
demikian:

"Akan tetapi Allah menunjukkan [yaitu memerintahkan] kasih-Nya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih
berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh
darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab
jikalau kita, ketika masih seteru [yaitu bermusuhan], diperdamaikan
dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang
telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!"

Kita juga dapat melihat bahwa Allah mengasihi umat-Nya sejak sebelum
dunia dijadikan dari banyak ayat-ayat Kitab Suci, dan kitab Yohanes
17:20-24 adalah salah satu contoh yang sangat penting, dalam ayat itu
kita membaca demikian:

"Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk
orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku
dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia
percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah
memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku,
supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di
dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi
satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa
Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa,
Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama
dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka
memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab
Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan."

Jadi orang-orang yang percaya sebelumnya adalah para "pembuat dosa"
dan merupakan "seteru" (musuh) yang berada dibawah murka Allah (atau
"orang-orang yang harus dimurkai" menurut kitab Efesus 2:3).

Itu terjadi sebelum Allah menyelamatkan kita, tetapi Allah tidak
membenci kita setelah Dia memilih untuk menyelamatkan kita. Kebencian
Allah hanya ditujukan kepada orang-orang yang tidak diselamatkan atau
yang Alkitab sebut sebagai "para pembuat kejahatan".

Dalam kitab Mazmur 5:5-6 kita membaca demikian:

"Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua
orang yang melakukan kejahatan. Engkau membinasakan orang-orang yang
berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu."

Dan kitab Matius 7:22-23 membuat prediksi yang mengerikan ini:

"Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu,
dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku
akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Sekarang kita mengetahui bahwa ajaran yang sangat terkenal yaitu
"Tuhan mengasihi semua orang" adalah bagian dari "injil buatan
manusia" yang menipu. Ajaran ini berkata bahwa Kristus telah mati
untuk menebus dosa dari semua orang dan sekarang tergantung dari
manusia tersebut apakah ia mau untuk berbuat sesuatu pekerjaan seperti
untuk "menerima" hadiah keselamatan tersebut. Injil yang salah ini
menjanjikan bahwa setiap orang dapat memiliki "kedamaian dan keamanan"
dengan Tuhan setiap saat mereka menginginkannya. Dan bila hal ini
adalah benar, maka itu akan membuat manusia berada dalam kendali penuh
untuk menentukan masa depannya di dalam kekekalan.

Akan tetapi, pandangan seperti ini "bertentang" dengan apa yang
Alkitab ajarkan -- yaitu, Tuhan-lah yang mengerjakan segala (seluruh)
karya keselamatan dan manusia tidak dapat memberi sumbangan pekerjaan
apapun, sekecil apapun pekerjaan tersebut, untuk menggenapi
keselamatannya. Tuhan menunjukkan dalam ayat-ayat berikut ini bahwa
akan ada banyak injil-injil palsu yang seperti ini menjelang
kedatangan Kristus yang kedua kali:

Kitab 1 Tesalonika 5:2-3 berkata demikian:

"karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan [yaitu hari
kiamat] datang seperti pencuri pada malam. Apabila mereka mengatakan:
Semuanya damai dan aman --maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh
kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit
bersalin-- mereka pasti tidak akan luput."

Dan kitab Matius 24:9-13 berkata demikian:

"Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan
dibunuh [atau dibungkam atau diusir keluar] dan akan dibenci semua
bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka
akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan
muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya
kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi
orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat."

Dan berbicara tentang nabi-nabi palsu kitab 2 Petrus 2:14-15
menyatakan demikian:

"Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat
dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah
terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!
Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka
tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka
menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat."


Di dalam Alkitab orang-orang yang dibenci Allah digambarkan oleh Esau
dan orang-orang yang dikasihi Allah digambarkan oleh Yakub. Dalam
kitab Maleakhi 1:2-3 Tuhan berbicara kepada bangsa Israel demikian:

"Aku mengasihi kamu," firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara
bagaimanakah Engkau mengasihi kami?" "Bukankah Esau itu kakak Yakub?"
demikianlah firman TUHAN. "Namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci
Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi [yaitu
tempat buangan] dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun."

Kata Ibrani untuk ungkapan "tempat buangan" (shemamah) biasanya
di-translasi sebagai ungkapan "sunyi sepi", yang merupakan gaya bahasa
dari penghakiman Tuhan, atau kutukan, seperti yang dinyatakan dalam
ayat-ayat berikut yang menunjuk pada penghakiman Tuhan terhadap
"Yerusalem", "Yudea" (Yehuda), dan Babel.

Dalam kitab Yeremia 9:11 kita membaca demikian:

"Aku akan membuat Yerusalem menjadi timbunan puing, tempat
persembunyian serigala-serigala; Aku akan membuat kota-kota Yehuda
menjadi sunyi sepi [shemamah], tidak berpenduduk lagi."

Bagian ini pararel dengan kitab Wahyu 18:2 yang berkata demikian:

"Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: "Sudah rubuh, sudah
rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman
roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat
bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci"

Dan kitab Yeremia 50:13 menyatakan demikian:

"Karena murka TUHAN negeri itu [yaitu Babel] tidak akan didiami lagi,
sama sekali akan menjadi tempat tandus [shemamah]. Setiap orang yang
melewati Babel akan merasa ngeri dan akan bersuit karena
pukulan-pukulan yang dideritanya."

Dalam kata lain Tuhan menyamakan Yerusalem dengan Babel, dan Yehuda
(Yudea) adalah nama propinsi dimana kota Yerusalem berada. Mereka
sekarang telah berada dibawah penghakiman Tuhan yang adil.

Dalam Perjanjian Baru Tuhan menjelaskan pilihan ilahi-Nya terhadap
siapa yang akan Ia kasihi dan selamatkan dari kutukan yang kekal bukan
berdasarkan sesuatu apapun tentang siapakah orang tersebut atau apakah
yang orang tersebut lakukan atau kerjakan -- akan tetapi keselamatan
itu seluruhnya untuk kemuliaan dan kehormatan Tuhan.

Dalam kitab Roma 9:10-16 kita membaca demikian:

"Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang
mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. Sebab
waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik
atau yang jahat, --supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya
diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan
panggilan-Nya-- dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi
hamba anak yang muda," seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub,
tetapi membenci Esau." Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan?
Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa:
"Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas
kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah
hati." Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha
orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."

Itulah sebabnya dalam kitab Yeremia 9:23-24 kita membaca sebagai berikut:

"Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena
kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya,
janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang
mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami
dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia,
keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai,
demikianlah firman TUHAN."

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Allah mengasihi umat-Nya
dari saat Ia memilih mereka untuk Ia selamatkan berdasarkan kasih,
anugrah, dan belas kasihan-Nya sejak sebelum dunia dijadikan dan
sekarang Ia menjalankan rencana-Nya dalam waktu yang sebenarnya
berdasarkan rencana tersebut.

Kitab 1 Yohanes 4:9-10 menjelaskan kepada kita demikian:

"Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu
bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia,
supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah
mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah
mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita."

Dan kitab 1 Yohanes 4:19 menyatakan demikian:

"Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita."


"All scripture is given by inspiration of God, and is profitable for
doctrine, for reproof, for correction, for instruction in
righteousness" (2 Timothy 3:16)